Minggu, 12 Oktober 2014



SOFT SKILLS UNTUK PENDIDIK
Prof. Dr. Elfindri, SE, M.A

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ujian Akhir Semester
Mata kulyah :“Pendidikan Nilai dan Karakter dalam Islam” (3 SKS)
Dosen Pengampu : Dr. Hj. Marhumah, M.Pd




Disusun oleh :
NAMA  : ANA DWI WAHYUNI
NIM       : 1320411111




PRODI PENDIDIKAN ISLAM
KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2013
A.      Review Buku
Judul               : Soft Skills Untuk Pendidik
Penulis             : Prof Dr. Elfindri, Se, M.A  (dkk)
Penerbit           : Baduose Media
ISBN               : 978-602-95015-6-8
Ukuran                        : 15 x 23 cm
Isi                    : 268 halaman
Tahun             : 2011
Prof. Dr. Elfindri, SE, MA (dkk.) dalam buku Soft Skill Untuk Pendidik menyatakan bahwa pendidikan kita masih berorientasi kognitif, yakni seseorang dianggap berhasil bila nilai ujiannya tinggi. Padahal keberhasilan seseorang di masyarakat – terlebih sebagai seorang pemimpin - bukan semata-mata oleh peranan keilmuan dan keterampilannya. Akan tetapi, soft skill ternyata mempunyai peranan yang sangat penting. Berdasarkan hasil mutakir yaitu hasil penelitian psikologi sosial menunjukkan bahwa orang yang sukses di dunia ditentukan oleh peranan ilmuan sebesar 18%. Sisanya 82% dijelaskan oleh ketrampilan emosional, soft skill dan sejenisnya. Sesuatu yang mencengangkan. Dari 19 kecerdasan yang diuji, rangking 1-7 adalah soft skill, sementara ilmu dan keterampilan merupakan rangking ke 8 dan 9.
Dengan demikian guru mempunyai peranan yang penting. Guru merupakan mereka yang diberi amanah untuk menyampaikan nilai-nlai. ia sangat terhormat. Fungsi pedagogis guru merupakan sebuah proses pembentukan karakter. Oleh karenanya, dia tidak statis, namun dinamis. Guru yang baik adalah tanggungjawab & mendidik anak-anak bukanlah mirip paku yang ditancapkan, dipaksa untuk masuk sampai ke dalam, namun seperri menggemburkan tanah yang keras.

Maka dari itu ada 6 pertanyaan yang wajib disimak untuk makna softskill itu sendiri, yaitu :
  1. Bukankah kita memerlukan orang-orang yang bekerja keras untuk membangun perusahaan ?
  2. Bukankah kita memerlukan eksekutor lapangan agar pembangunan mulai berhasil ?
  3.  Bukankah seorang yang mengambil inisiatif lebih dahulu dapat memulai berjalannya sebuah rencana ?
  4. Bukankah karena guru tekun dan disiplin yang menyebabkan keberhasilan dari proses pembelajaran?
  5. Bukankah karena pimpinan perusahaan mampu menyusun suatu arah yang jelas, visioner, sehingga organisasinya berjalan sebagaiman mestinya ?
  6.  Bukankah sebuah kedisiplinan menyebabkan sebuah perusahaan menjadi berhasil ?  
Berdasarkan pernyataan di atas maka disadari bahwa ternyata ranah pendidikan tidak cukup hanya ilmu, keterampilan. Namun ada penunjang utama lainnya, soft skill. Jadi, keberhasilan seseorang di masyarakat , terlebih sebagai seorang pemimpin, bukan semata-mata oleh peranan keilmuan dan keterampilannya. Akan tetapi, soft skill ternyata mempunyai peranan yang sangat penting
Dengan mempunyai soft skills membuat keberadaan seseorang akan semakin terasa di tengah masyarakat. Keterampilan akan berkomunikasi, keterampilan emosional, keterampilan berbahasa, keterampilan berkelompok, memiliki etika dan moral, santun , dan keterampilan spiritual.
Ada 9 Soft Skills yang membuat kita sempurna diantaranya yaitu: taat beribadah, ketrampilan berkomunikasi, terbantuknya sikap bertanggungjawab , kejujuran dan tepat waktu, pekerja keras, berani mengambil resiko, terbiasa bekerja berkelompok, berketrampilan rumah tangga, dan visioner. Selain itu Elfindri juga mengungkapkan tentang karakter dominan yang diperlukan  dunia kerja diantaranya adalah: Inisiatif, etika/integritas, berfikir kritis, kemauan belajar, komitmen, motivasi, bersemangat, komunikasi lisan, dan kreatif
Di samping itu diungkapkan juga bahwa Rasulullah dalam kesehariannya melakukan pendidikan soft skill kepada keluarga dan masyaratnya melalui: cara berkomunikasinya yang peneuh kelembutan dan ketawadluannya, mengajarkan dengan praktik, menjawab dengan ringkas, serta cara bersikap dengan sesama umat.
Cara mengasah soft skills pendidik adalah melalui inclass research action, kemampuan komunikasi dengan lemah lembut dan disetai tatap mata (eyes contact) dengan lawan bicara, kemampuan bekerja dengan orang lain, terlatih dalam etika kerja, fleksibel dalam melaksanakan pekerjaan, dan ketrampilan intrapersonal (mampu tampil dan mengurus diri sendiri). 
Dalam pembelajaran, strategi menumbuhkan soft skill di dunia pendidikan yaitu: pertama, integrasi ke dalam kurikulum pembelajaran. Kedua, mengembangkan kegiatan dan aktifitas anak di asrama atau di rumah masing-masing. Ketiga, mengembangkan pada ekstra kulikuler. Kemudian teknik-teknik pembelajaran Soft skills diantaranya adalah dengan cara: melatih komunikasi anak, melatih mengasah kejujuran anak, melatih interpersonal anak, etos kerja yang baik, motivasi/inisiatif, mampu beradaptasi, analitikal, organisasi, orientasi detail, percaya diri, sopan/beretika, serta bijaksana.  Hal ini dapat direalitakan dalam pembelajaran dengan mengkombinasikan pendidikan hard skills, soft skills dan transendental  sehingga terbentuklah pendidikan karakter.
Dengan demikian untuk mewujudkan soft skill dibutuhkan Gerakan Empat O (4O) yaitu:
1.      Olah otak
Olah otak bertujuan untuk meningkatkan pemahaman individu terhadap bidang tertentu. Diharapkan pemahaman yang dia peroleh dari setiap jenjang ilmu yang diberikan akan meningkatkan pemahaman dan ilmunya. Tujuan dari olah otak ini adalah seseorang dengan pendidikan, muncul kemandiriannya. Dengan demikian, ketika menjadi seorang pemimpin, mampu mentransfer pengetahuan (transfer knowledge) dan nilai (value) kepada para jajarannya dengan baik dan terarah.
Keterampilan soft skill ini akan menghantarkan seseorang mempunyai keterampilan berkomunikasi, kejujuran, kerjakeras, etos kerja, kekerabatan, santun, berbudi dan sifat positif lainnya. Sehingga seseorang lahir dan dibesarkan secara sempurna, memiliki intrapersonal skill, interpersonal skill, global skill, dan trancendental skill. Sukses dunia, untuk menuju sorga-Nya.
2.      Olah hati
Olah hati bertujuan agar anak-anak memiliki kepekaan dan perasaan yang tinggi dan bermarabat. Olah hati akan melatih dan melahirkan hati nurani yang berbicara dan bertindak. Ia akan melahirkan kejujuran, kerja keras, dan mengikis hasud dan dengki. Orang yang memiliki hati yang halus memiliki kepekaan lingkungan dan perasaan. Ia akan mampu mengerti posisinya, dan mampu mendeteksi lawan bicaranya. Emosionalnya akan terbentuk sedemikian rupa sehingga mampu melahirkan kepercayaan diri, tumbuh dan berfungsi pada berbagai komunitas yang ada. Sehingga ketika menjadi pemimpin, mampu memainkan hati nuraninya dalam memberikan kebijakan, dan tidak mau menyakiti hati rakyatnya dengan perbuatan tercela.
3.      Olah raga
Olah Raga bertujuan untuk menjadikan organ tubuh semakin teratur sesuai dengan fungsinya masing-masing. Olah raga juga membuat individu semakin sportif, tidak mau menang sendiri, menerima segalanya baik kalah maupun menang dan tak kalah pentingnya melenturkan  otot yang kaku. Oleh karenanya institusi pendidikan mesti menjadikan olah raga salah satu ikon yang membuatnya dinamis. Sehingga ketika menjadi seorang pemimpin, mampu berkomunikasi kepada rakyatnya dengan stamina yang baik, selalu fres dalam setiap kesempatan, siap menang dalam pertandingan dan menerima dengan lapang dada (legowo) terhadap kekalahannya dalam pertandingan politik.
4.      Olah batin
Olah batin bertujuan memberikan pemahaman kepada individu akan pentingnya makna dalam menjalani kehidupan. Individu tidak hanya menjalankan aturan yang ada, tapi apa yang melatarbelakangi adanya aturan sehingga ketika menjalankan aturan yang ada benar-benar dengan keikhlasan dan kesungguhan. Hal ini karena pemahaman dan rasa tanggung jawab individu terhadap apapun yang dilaksanakan.
Jadi, jika soft skill ini mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maka sudah barang tentu mampu mencetak pemimpin masa depan yang mempunyai wawasan yang luas, bertanggungjawab dan mempunyai hati nurani.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Buku dengan judul “Soft Skill Untuk Pendidik” ini memberikan informasi, bahwa pendidik bukan hanya sekedar penyampai informasi pembelajaran namun ada niat bagaimana menjadikan anak didik yang berkarakter, yakni sebuah pola sikap yang tidak hanya dibangun oleh rasionalitas namun pengimbangan emosionalitas. Pendidik itu mendidik, tidak hanya menstranfer ilmu. Kemudian yang dididik itu adalah anak manusia yang serba unik dengan memiliki berbagi macam potensi dalam dirinya, oleh karenanya pendidik harus memahami secara utuh kepribadian audien, dan dicarikan metodenya yang mengalir dan mencair. Keadaan ini tercapai ketika seorang pendidik memiliki kecerdasan hati.
Oleh karena itu,  bagi seorang guru semestinya mampu menyelami bagaimana perasaan anak didik, kemudian menggali potensi anak didik untuk dioptimalkan. Untuk membangun generasi mendatang yang berkarakter dan berkualitas, mesti juga membangun kualitas guru terlebih dahulu.
B.       Implementasi Pendidikan Nilai dan Karakter di MTs Jam’ul Mu’awanah Patuk
MTs Jam’ul Mu’awanah Patuk berada di bawah yayasan Ma’arif yang merupakan salah satu MTs yang berada di kecamatan Patuk. Alamat MTs Jam’ul Mu’awanah adalah Ngembes Rt.04/Rw.01, Pengkok, Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta 55862.
Kemudian untuk mengetahui penerapan pendidikan nilai dan karakter di MTs Jam’ul Mu’awanah Patuk dapat dilihat dari segi kegiatan yang dilakukan di MTs Jam’ul Mu’awanah, melalui observasi dan wawancara dengan kepala sekolah dan guru. 
Berdasarkan hasil dengan kepala sekolah MTs Jam’ul Mu’awanah, Beliau mengatakan bahwa cara menumbuhkan soft skills di lingkungan sekolahnya adalah pertama dengan cara antara mengintegrasikan soft skills ke dalam kurikulum. Kedua mengembangkan kegiatan di asrama dan ketiga mengembangkan dalam kegiatan ekstrakulikuler. Hal ini dikarenakan soft skills bukanlah suatu nama mata pelajaran yang diberikan pada saat jam pelajaran mata pelajaran itu berlangsung, tetapi soft skill merupakan kemampuan non teknis bagi peserta didik yang harus diberikan pengembangannya pada setiap mata pelajaran. Seluruh guru mata pelajaran diharapkan mampu mengintegrasikan soft skills dalam proses pembelajaran sehingga siswa mampu mengasah  dan mengembangkan kemampuan soft skills secara rutin.
Hal ini didukung dengan hasil observasi bahwa dalam kegiatan pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas  dinyatakan adanya pembelajaran terpadu antara hard skills dan soft skills sangatlah diharapakan keberadaannya karena kemampuan soft skills tidak kalah pentingnya dengan kemampuan hard skills. Melalui strategi pembelajaran yang tepat, soft skills  menjadi hal yang mungkin dapat diintegrasikan dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan soft skills.
Contoh kegiatan yang dilakukan di MTs Jam’ul Mu’awanah yang mampu mengembangkan soft skill adalah sebagai berikut:  
1.      Upacara setiap hari senin untuk melatih kedisiplinan.
2.      Sholat berjama’ah meliputi sholat dhuha dan sholat dzuhur. Adzan dan iqomah melibatkan peserta didik sesui dengan jadwal yang susdah ditentukan.
3.      Misalkan dalam pembelajaran melatih komunikasi anak adalah dengan cara
Cara melatih komunikasi peserta didik yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam di MTs Jam’ul Mu’awanah adalah dengan cara membiasakan anak untuk gemar membaca yaitu sebelum pembelajaran di mulai siswa di rumah sudah di biasakan membaca buku yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Kemudian diminta untuk merangkum dan memberikan argumennya. Kemudian membangun kepercayaan diri yaitu dengan cara mengkomunikasikan di dalam kelas dan peserta didik memberikan komentar. Guru memberikan koreksi/evaluasi dengan mengkomunikasikan dengan baik yaitu dengan cara menjaga intonasi dan memperhatikan tata cara berbicara yang baik serta sopan sehingga tidak menyinggung perasaan peserta didik. Kadang guru pernah menunjukkan video tentang standar berkomunikasi. Sehingga bisa diterima dengan baik oleh orang lain  Dengan demikian, dalam pembelajaran di kelas tidak hanya koknitifnya saja yang dicapai tapi afetif dan psikomotoriknya dapat dicapai.
4.      Melatih Kejujuran dengan cara menjaga kedisiplinan dalam proses belajar mengajar serta dalam proses ujian. Jika anak mampu menampilkan kejujuran dalam segala aktivitasnya misalkan ketika ujian tidak mencontek dan mendapatkan nilai bagus maka akan diberikan reward, Namun jika anak terbukti melakukan kecurangan maka akan diberikan sanksi sesuai dengan kesepakan awal.
5.      Ketika ingin mengajarkan peserta didik untuk tepat waktu maka pendidik/guru harus datang tepat waktu pula.
6.      Adanya pondok/asrama,
Pondok atau asrama yang ada di MTs Jam’ul Mu’awanah Patuk letaknya tidak dalam satu komplek sekitar 500 meter. Siswa yang tinggal di lingkungan pondok cenderung dipisahkan dari orang tua sehingga anak diajari mandiri. Sehingga kegiatan yang dilakasanak dipondokpun harus disinergikan dengan MTs yaitu dengan membuat suatu perencanaan terlebih dulu sehingga lebih terkonsep termasuk bagaimana manajememen pribadi, menjaga kebersihan lingkungan, olahraga, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang menimbulkan kepekaan terhadap sesame teman. Misalnya kegiatan masak, sholat berjama’ah, hafalan, TPA, mempelajari bahan agama dan berdiskusi sehingga mereka akan melahirkan kepekaan hati yang tinggi.
7.      Kegiatan ekstrakulikuler seperti Pramuka, TPA, Ketrampilan Ukir, Batik, Mampu beradaptasi yaitu dengan mengenalkan anak pada kegiatan anak di luar lingkungan sekolah melalui kegiatan outbond, pramuka, dan studi banding ke pondok pesantren atau MTs lainnya. Sehingga anak dikenalkan kepada lingkngan yang tidak  lazim mereka rasakan.
8.      Selain kegiatan ekstra kulikuler juaga ada kegiatan tahunan misalnya Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) tahun baru hijriyah, isra’ mi’raj, nuzulul qur’an, dan idul qurban dan kegiatan di bulan ramadhan. Kegiatan yang dilakukan zakat fitrah,  dan pesantren kilat. Kegiatan pesantren kilat dilakukan ketika bulan Ramadan selama 2 hari 1 malam. Materi yang disampaikan meliputi sholat jam’ah, buka puasa, tarawih, tadarus, sahur, khultum subuh oleh siswa,   lomba-lomba keagamaan antar siswa di MTs Jam’ul Mu’awanah, dan ceramah keagamaan yang terakhir biasanya diadakan refeksi pada akhir kegiatan. Dari hasil kegiatan akan di nilai bagi yang mendapat pont tertinggi selama kegiatan itu maka akan diberikan reward.
9.      Adanya Organisasi di dalam sekolahan misalnya OSIS. Organisasi ini sebagai media pembelajaran bagi peserta didik untuk mengenal lebih jauh tentang seluk beluk berorganisasi. Kegiatan yang dilakukan dapat melatih peserta didik untuk bekerja secara organisatoris, mampu bekerja sama dalam bentuk tim, dan kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan visi dan misi organisasi. Sehingga apa yang dikerjakan terencana dengan baik, dan diakhir kegiatan selalu diadakan evalusi untuk menganalisis segala kekurangan yang ada selama pelaksanaan kegiatan itu.
Dengan adanya organisasi ternyata melatih anak-anak terbiasa menghadapi pekerjaan dengan skala waktu yang terbatas, mampu menghimpun banyak anggota serta dengan sumberdaya yang selalu terbatas. Maka di sini perlu kreativitas guru/pembimbing dan peserta didik untuk mengembangkan segala aspek kegiatan yang mampu mengasah ketrampilan peserta didik. Seperti salawat/hadroh yang dilaksanakan 1 minggu sekali.
10.  Selain itu di diding-dinding juga ada slogan-slogan yang mampu mendorong siswa untuk menggerakkan jiwa menjaga kebersihan yaitu “Kebersihan sebagian dari Iman” dengan adanya slogan tersebut pihak sekolah membuat kebijakan dengan mengadakan kegiatan jum’at bersih yang dilakukan oleh semua warga sekolah tanpa terkecuali.
11.  Kerja sama antara sekolah dan orang tua yaitu adanya komunikasi dengan orang tua siswa melalui pertemuan wali murid dan komunikasi dengan handpnone. Guru memberikan pembinaan kepada orang tua untuk senantiasa memperlakukan anak dengan baik dengan penuh kasih sayang misalnya memberikan kesempatan kepada anak untuk berkumpul bersama keluarga dan bercanda, mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat ataupun silaturahmi kepada masyarakat/tetangga/saudara, membiasakan mengucapkan salam dan sopan santun dalam bertuturkata, serta pembinaan akhlak dan moral. Dengan adanya pengawasan di rumah dari orang tua maka akan menimbulkan kesinergian antara apa yang diajarkan di sekolah dengan yang diamalkan di lingkungan keluarga dan masyarakat. Jika ada masalah dengan anak langsung bisa berkomunikasi antara guru dan orang tua. Sehingga mampu menemukan titik temu dalam mengatasinya.

Sebagia media pendukung pelaksanaan pendidikan nilai dan karakter maka komponen-komponen yang berpengaruh adalah sebagai berikut:  
Jika ditinjau dari segi pendukung pengembangangan soft skills adalah dengan adanya media. Media yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan proses belajar mengajar, baik itu LCD proyektor atau media pendukung lainnya baik yang berada di alam maupun buatan sendiri sehingga mampu memperlancar proses pembelajaran.
Kedua, jika ditinjau dari segi pendidiknya  dalam mengembangkan soft skill anak maka guru mengadakan penelitian tindakan kelas sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran di kelas, memiliki kempuan komunikasi yang baik terutama dalam memotivasi peserta didiknya serta antara guru dan kepala sekolah, siswa, dan masyarakat mempuanyai hubungan yang baik “relationships”. Sehingga rasa kekeluargaan dan saling memiliki sangat erat. Jadi sebelum guru mengajarkan tentang pendidikan nilai maka guru sendiri harus sudah memiliki ilmunya terlebih dahulu sehingga apa yang diajarkan oleh siswanya juga diamalkan oleh gurunya.
Jadi dapat disimpulkan bahwasanya pendidikan nilai dan karakter sudah diterapkan di MTs Jam’ul Mu’awanah  baik dalam pembelajaran di dalam kelas maupun pembelajaran di luar kelas dan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan mendapat dukungan dari sebagian besar pihak orang tua dan masyarakat.  Namun masih ada sebagian kecil orang tua yang masih acuh dan permasalah kurang harmonisnya keluarga siswa. Sehingga itu menjadi kendala dalam upaya pengembangan soft skills siswa. Namun walaupun demikian pihak sekolah terus berupaya membangun komunikasi yang baik bersama orang tua siswa. Pihak sekolah datang ke rumah siswa untuk mencari informasi tentang siswa agar pendidikan nilai dapat ditranfer dengan baik dan menjadi karakter siswa.  























KESIMPULAN
Soft skills adalah keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk sendiri, berkelompok, atau bermasyarakat, serta dengan Sang Pencipta. Sehingga soft skills punya penanan yang sangat besar sebagai proses penentuan kesuksesan seseorang.  Untuk itu menjadi sangat penting mengkombinasikan pendidikan hard skills , soft skills dan transcendental.
Guru di sini merupakan komponen penting dalam pengembangan soft skills peserta didik maka guru harus menyadari bahwa peserta didik memiliki berbagi macam potensi dalam dirinya, oleh karenanya pendidik harus memahami secara utuh kepribadian audien, dan dicarikan metodenya yang mengalir dan mencair. Keadaan ini tercapai ketika seorang pendidik memiliki kecerdasan hati. Sehingga untuk mendidik siswa unruk mempunyai kecerdasan hati maka guru harus memiliki kecerdasan hati pula. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengikuti berbagai kegiatan dan pelatihan-pelatihan/seminar. 

Link tentang 
Pendidikan Nilai dan Karakter
kisah-kedasyatan-seorang-guru.
kenapa-pedagogi-soft-skill-diperlukan.
pendidikan aqidah
pendidikan akhlak 
mendidik anak 
 


 

0 komentar :

Posting Komentar