SOFT SKILLS UNTUK
PENDIDIK
Prof. Dr. Elfindri, SE,
M.A
Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas Ujian Akhir Semester
Mata kulyah :“Pendidikan Nilai dan
Karakter dalam Islam” (3 SKS)
Dosen Pengampu : Dr. Hj. Marhumah,
M.Pd

Disusun oleh :
NAMA : ANA DWI WAHYUNI
NIM
: 1320411111
PRODI PENDIDIKAN ISLAM
KONSENTRASI PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2013
A.
Review Buku
Judul : Soft Skills Untuk Pendidik
Penulis : Prof Dr. Elfindri, Se, M.A (dkk)
Penerbit : Baduose Media
ISBN : 978-602-95015-6-8
Ukuran : 15 x 23 cm
Isi : 268 halaman
Tahun :
2011
Prof. Dr. Elfindri, SE, MA (dkk.)
dalam buku Soft Skill Untuk Pendidik menyatakan
bahwa pendidikan kita masih berorientasi kognitif, yakni seseorang dianggap berhasil
bila nilai ujiannya tinggi. Padahal keberhasilan seseorang di masyarakat –
terlebih sebagai seorang pemimpin - bukan semata-mata oleh peranan keilmuan dan
keterampilannya. Akan tetapi, soft skill ternyata mempunyai peranan yang sangat
penting. Berdasarkan hasil mutakir yaitu hasil penelitian psikologi sosial menunjukkan
bahwa orang yang sukses di dunia ditentukan oleh peranan ilmuan sebesar 18%.
Sisanya 82% dijelaskan oleh ketrampilan emosional, soft skill dan sejenisnya. Sesuatu yang mencengangkan. Dari 19 kecerdasan yang diuji, rangking
1-7 adalah soft skill, sementara ilmu dan keterampilan merupakan rangking ke 8
dan 9.
Dengan
demikian guru mempunyai peranan yang penting. Guru merupakan mereka yang diberi
amanah untuk menyampaikan nilai-nlai. ia sangat terhormat. Fungsi pedagogis
guru merupakan sebuah proses pembentukan karakter. Oleh karenanya, dia tidak
statis, namun dinamis. Guru yang baik adalah tanggungjawab & mendidik
anak-anak bukanlah mirip paku yang ditancapkan, dipaksa untuk masuk sampai ke
dalam, namun seperri menggemburkan tanah yang keras.
Maka
dari itu ada 6 pertanyaan yang wajib disimak untuk makna softskill itu sendiri,
yaitu :
- Bukankah kita memerlukan orang-orang yang bekerja keras untuk membangun perusahaan ?
- Bukankah kita memerlukan eksekutor lapangan agar pembangunan mulai berhasil ?
- Bukankah seorang yang mengambil inisiatif lebih dahulu dapat memulai berjalannya sebuah rencana ?
- Bukankah karena guru tekun dan disiplin yang menyebabkan keberhasilan dari proses pembelajaran?
- Bukankah karena pimpinan perusahaan mampu menyusun suatu arah yang jelas, visioner, sehingga organisasinya berjalan sebagaiman mestinya ?
- Bukankah sebuah kedisiplinan menyebabkan sebuah perusahaan menjadi berhasil ?
Berdasarkan
pernyataan di atas maka disadari bahwa ternyata ranah pendidikan tidak cukup
hanya ilmu, keterampilan. Namun ada penunjang utama lainnya, soft skill. Jadi,
keberhasilan seseorang di masyarakat , terlebih sebagai seorang pemimpin, bukan
semata-mata oleh peranan keilmuan dan keterampilannya. Akan tetapi, soft skill
ternyata mempunyai peranan yang sangat penting
Dengan
mempunyai soft skills membuat keberadaan seseorang akan semakin terasa di
tengah masyarakat. Keterampilan akan berkomunikasi, keterampilan emosional,
keterampilan berbahasa, keterampilan berkelompok, memiliki etika dan moral,
santun , dan keterampilan spiritual.
Ada
9 Soft Skills yang membuat kita sempurna diantaranya yaitu: taat beribadah,
ketrampilan berkomunikasi, terbantuknya sikap bertanggungjawab , kejujuran dan
tepat waktu, pekerja keras, berani mengambil resiko, terbiasa bekerja
berkelompok, berketrampilan rumah tangga, dan visioner. Selain itu Elfindri
juga mengungkapkan tentang karakter dominan yang diperlukan dunia kerja diantaranya adalah: Inisiatif,
etika/integritas, berfikir kritis, kemauan belajar, komitmen, motivasi,
bersemangat, komunikasi lisan, dan kreatif
Di
samping itu diungkapkan juga bahwa Rasulullah dalam kesehariannya melakukan
pendidikan soft skill kepada keluarga dan masyaratnya melalui: cara
berkomunikasinya yang peneuh kelembutan dan ketawadluannya, mengajarkan dengan
praktik, menjawab dengan ringkas, serta cara bersikap dengan sesama umat.
Cara
mengasah soft skills pendidik adalah melalui inclass research action,
kemampuan komunikasi dengan lemah lembut dan disetai tatap mata (eyes
contact) dengan lawan bicara, kemampuan bekerja dengan orang lain, terlatih
dalam etika kerja, fleksibel dalam melaksanakan pekerjaan, dan ketrampilan
intrapersonal (mampu tampil dan mengurus diri sendiri).
Dalam
pembelajaran, strategi menumbuhkan soft skill di dunia pendidikan yaitu:
pertama, integrasi ke dalam kurikulum pembelajaran. Kedua, mengembangkan
kegiatan dan aktifitas anak di asrama atau di rumah masing-masing. Ketiga,
mengembangkan pada ekstra kulikuler. Kemudian teknik-teknik pembelajaran Soft
skills diantaranya adalah dengan cara: melatih komunikasi anak, melatih
mengasah kejujuran anak, melatih interpersonal anak, etos kerja yang baik,
motivasi/inisiatif, mampu beradaptasi, analitikal, organisasi, orientasi
detail, percaya diri, sopan/beretika, serta bijaksana. Hal ini dapat direalitakan dalam pembelajaran
dengan mengkombinasikan pendidikan hard skills, soft skills dan transendental sehingga terbentuklah pendidikan karakter.
Dengan
demikian untuk mewujudkan soft skill dibutuhkan Gerakan Empat O (4O) yaitu:
1.
Olah otak
Olah otak bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman individu terhadap bidang tertentu. Diharapkan pemahaman yang dia
peroleh dari setiap jenjang ilmu yang diberikan akan meningkatkan pemahaman dan
ilmunya. Tujuan dari olah otak ini adalah seseorang dengan pendidikan, muncul
kemandiriannya. Dengan demikian, ketika menjadi seorang pemimpin, mampu
mentransfer pengetahuan (transfer knowledge) dan nilai (value)
kepada para jajarannya dengan baik dan terarah.
Keterampilan soft skill ini akan menghantarkan
seseorang mempunyai keterampilan berkomunikasi, kejujuran, kerjakeras, etos
kerja, kekerabatan, santun, berbudi dan sifat positif lainnya. Sehingga
seseorang lahir dan dibesarkan secara sempurna, memiliki intrapersonal skill,
interpersonal skill, global skill, dan trancendental skill. Sukses dunia, untuk
menuju sorga-Nya.
2.
Olah hati
Olah hati bertujuan agar anak-anak memiliki
kepekaan dan perasaan yang tinggi dan bermarabat. Olah hati akan melatih dan
melahirkan hati nurani yang berbicara dan bertindak. Ia akan melahirkan
kejujuran, kerja keras, dan mengikis hasud dan dengki. Orang yang memiliki hati
yang halus memiliki kepekaan lingkungan dan perasaan. Ia akan mampu mengerti
posisinya, dan mampu mendeteksi lawan bicaranya. Emosionalnya akan terbentuk
sedemikian rupa sehingga mampu melahirkan kepercayaan diri, tumbuh dan
berfungsi pada berbagai komunitas yang ada. Sehingga ketika menjadi pemimpin,
mampu memainkan hati nuraninya dalam memberikan kebijakan, dan tidak mau
menyakiti hati rakyatnya dengan perbuatan tercela.
3.
Olah raga
Olah Raga bertujuan untuk menjadikan organ
tubuh semakin teratur sesuai dengan fungsinya masing-masing. Olah raga juga
membuat individu semakin sportif, tidak mau menang sendiri, menerima segalanya
baik kalah maupun menang dan tak kalah pentingnya melenturkan otot yang
kaku. Oleh karenanya institusi pendidikan mesti menjadikan olah raga salah satu
ikon yang membuatnya dinamis. Sehingga ketika menjadi seorang pemimpin, mampu
berkomunikasi kepada rakyatnya dengan stamina yang baik, selalu fres dalam
setiap kesempatan, siap menang dalam pertandingan dan menerima dengan lapang
dada (legowo) terhadap kekalahannya dalam pertandingan politik.
4.
Olah batin
Olah batin bertujuan memberikan pemahaman
kepada individu akan pentingnya makna dalam menjalani kehidupan. Individu tidak
hanya menjalankan aturan yang ada, tapi apa yang melatarbelakangi adanya aturan
sehingga ketika menjalankan aturan yang ada benar-benar dengan keikhlasan dan
kesungguhan. Hal ini karena pemahaman dan rasa tanggung jawab individu terhadap
apapun yang dilaksanakan.
Jadi,
jika soft skill ini mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maka sudah
barang tentu mampu mencetak pemimpin masa depan yang mempunyai wawasan yang
luas, bertanggungjawab dan mempunyai hati nurani.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Buku
dengan judul “Soft Skill Untuk Pendidik” ini memberikan informasi, bahwa
pendidik bukan hanya sekedar penyampai informasi pembelajaran namun ada niat
bagaimana menjadikan anak didik yang berkarakter, yakni sebuah pola sikap yang
tidak hanya dibangun oleh rasionalitas namun pengimbangan emosionalitas.
Pendidik itu mendidik, tidak hanya menstranfer ilmu. Kemudian yang dididik itu
adalah anak manusia yang serba unik dengan memiliki berbagi macam potensi dalam
dirinya, oleh karenanya pendidik harus memahami secara utuh kepribadian audien,
dan dicarikan metodenya yang mengalir dan mencair. Keadaan ini tercapai ketika
seorang pendidik memiliki kecerdasan hati.
Oleh
karena itu, bagi seorang guru semestinya
mampu menyelami bagaimana perasaan anak didik, kemudian menggali potensi anak
didik untuk dioptimalkan. Untuk membangun generasi mendatang yang berkarakter
dan berkualitas, mesti juga membangun kualitas guru terlebih dahulu.
B.
Implementasi Pendidikan
Nilai dan Karakter di MTs Jam’ul Mu’awanah Patuk
MTs
Jam’ul Mu’awanah Patuk berada di bawah yayasan Ma’arif yang merupakan salah
satu MTs yang berada di kecamatan Patuk. Alamat MTs Jam’ul Mu’awanah adalah Ngembes
Rt.04/Rw.01, Pengkok, Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta 55862.
Kemudian
untuk mengetahui penerapan pendidikan nilai dan karakter di MTs Jam’ul
Mu’awanah Patuk dapat dilihat dari segi kegiatan yang dilakukan di MTs Jam’ul
Mu’awanah, melalui observasi dan wawancara dengan kepala sekolah dan guru.
Berdasarkan
hasil dengan kepala sekolah MTs Jam’ul Mu’awanah, Beliau mengatakan bahwa cara
menumbuhkan soft skills di lingkungan sekolahnya adalah pertama dengan cara
antara mengintegrasikan soft skills ke dalam kurikulum. Kedua mengembangkan
kegiatan di asrama dan ketiga mengembangkan dalam kegiatan ekstrakulikuler. Hal
ini dikarenakan soft skills bukanlah suatu nama mata pelajaran yang diberikan
pada saat jam pelajaran mata pelajaran itu berlangsung, tetapi soft skill
merupakan kemampuan non teknis bagi peserta didik yang harus diberikan
pengembangannya pada setiap mata pelajaran. Seluruh guru mata pelajaran
diharapkan mampu mengintegrasikan soft skills dalam proses pembelajaran
sehingga siswa mampu mengasah dan mengembangkan
kemampuan soft skills secara rutin.
Hal
ini didukung dengan hasil observasi bahwa dalam kegiatan pembelajaran baik di
dalam kelas maupun di luar kelas
dinyatakan adanya pembelajaran terpadu antara hard skills dan soft
skills sangatlah diharapakan keberadaannya karena kemampuan soft skills tidak
kalah pentingnya dengan kemampuan hard skills. Melalui strategi pembelajaran
yang tepat, soft skills menjadi hal yang
mungkin dapat diintegrasikan dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat
mengembangkan kemampuan soft skills.
Contoh
kegiatan yang dilakukan di MTs Jam’ul Mu’awanah yang mampu mengembangkan soft
skill adalah sebagai berikut:
1.
Upacara setiap hari senin untuk melatih
kedisiplinan.
2.
Sholat berjama’ah meliputi sholat dhuha dan
sholat dzuhur. Adzan dan iqomah melibatkan peserta didik sesui dengan jadwal
yang susdah ditentukan.
3.
Misalkan dalam pembelajaran melatih komunikasi
anak adalah dengan cara
Cara melatih komunikasi peserta didik yang dilakukan
oleh guru Pendidikan Agama Islam di MTs Jam’ul Mu’awanah adalah dengan cara
membiasakan anak untuk gemar membaca yaitu sebelum pembelajaran di mulai siswa
di rumah sudah di biasakan membaca buku yang berkaitan dengan materi yang
diajarkan. Kemudian diminta untuk merangkum dan memberikan argumennya. Kemudian
membangun kepercayaan diri yaitu dengan cara mengkomunikasikan di dalam kelas
dan peserta didik memberikan komentar. Guru memberikan koreksi/evaluasi dengan
mengkomunikasikan dengan baik yaitu dengan cara menjaga intonasi dan
memperhatikan tata cara berbicara yang baik serta sopan sehingga tidak
menyinggung perasaan peserta didik. Kadang guru pernah menunjukkan video
tentang standar berkomunikasi. Sehingga bisa diterima dengan baik oleh orang
lain Dengan demikian, dalam pembelajaran
di kelas tidak hanya koknitifnya saja yang dicapai tapi afetif dan
psikomotoriknya dapat dicapai.
4.
Melatih Kejujuran dengan cara menjaga
kedisiplinan dalam proses belajar mengajar serta dalam proses ujian. Jika anak
mampu menampilkan kejujuran dalam segala aktivitasnya misalkan ketika ujian
tidak mencontek dan mendapatkan nilai bagus maka akan diberikan reward, Namun
jika anak terbukti melakukan kecurangan maka akan diberikan sanksi sesuai
dengan kesepakan awal.
5.
Ketika ingin mengajarkan peserta didik untuk
tepat waktu maka pendidik/guru harus datang tepat waktu pula.
6.
Adanya pondok/asrama,
Pondok atau asrama yang ada di MTs Jam’ul
Mu’awanah Patuk letaknya tidak dalam satu komplek sekitar 500 meter. Siswa yang
tinggal di lingkungan pondok cenderung dipisahkan dari orang tua sehingga anak
diajari mandiri. Sehingga kegiatan yang dilakasanak dipondokpun harus disinergikan
dengan MTs yaitu dengan membuat suatu perencanaan terlebih dulu sehingga lebih
terkonsep termasuk bagaimana manajememen pribadi, menjaga kebersihan
lingkungan, olahraga, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang menimbulkan kepekaan
terhadap sesame teman. Misalnya kegiatan masak, sholat berjama’ah, hafalan,
TPA, mempelajari bahan agama dan berdiskusi sehingga mereka akan melahirkan
kepekaan hati yang tinggi.
7.
Kegiatan ekstrakulikuler seperti Pramuka, TPA,
Ketrampilan Ukir, Batik, Mampu beradaptasi yaitu dengan mengenalkan anak pada
kegiatan anak di luar lingkungan sekolah melalui kegiatan outbond,
pramuka, dan studi banding ke pondok pesantren atau MTs lainnya. Sehingga anak
dikenalkan kepada lingkngan yang tidak
lazim mereka rasakan.
8.
Selain kegiatan ekstra kulikuler juaga
ada kegiatan tahunan misalnya Peringatan Hari
Besar Islam (PHBI) tahun baru hijriyah, isra’ mi’raj, nuzulul qur’an, dan idul qurban dan kegiatan di bulan ramadhan. Kegiatan yang dilakukan zakat
fitrah, dan pesantren kilat. Kegiatan pesantren
kilat dilakukan ketika bulan Ramadan selama 2 hari 1 malam. Materi yang
disampaikan meliputi sholat jam’ah, buka puasa, tarawih, tadarus, sahur, khultum subuh oleh
siswa, lomba-lomba keagamaan antar siswa di MTs
Jam’ul Mu’awanah, dan ceramah keagamaan yang terakhir biasanya diadakan refeksi
pada akhir kegiatan. Dari hasil kegiatan akan di nilai bagi yang mendapat pont
tertinggi selama kegiatan itu maka akan diberikan reward.
9.
Adanya Organisasi di dalam sekolahan misalnya
OSIS. Organisasi ini sebagai media pembelajaran bagi peserta didik untuk
mengenal lebih jauh tentang seluk beluk berorganisasi. Kegiatan yang dilakukan
dapat melatih peserta didik untuk bekerja secara organisatoris, mampu bekerja sama
dalam bentuk tim, dan kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan visi dan misi
organisasi. Sehingga apa yang dikerjakan terencana dengan baik, dan diakhir
kegiatan selalu diadakan evalusi untuk menganalisis segala kekurangan yang ada
selama pelaksanaan kegiatan itu.
Dengan adanya organisasi ternyata melatih
anak-anak terbiasa menghadapi pekerjaan dengan skala waktu yang terbatas, mampu
menghimpun banyak anggota serta dengan sumberdaya yang selalu terbatas. Maka di
sini perlu kreativitas guru/pembimbing dan peserta didik untuk mengembangkan
segala aspek kegiatan yang mampu mengasah ketrampilan peserta didik. Seperti
salawat/hadroh yang dilaksanakan 1 minggu sekali.
10.
Selain itu di diding-dinding juga ada
slogan-slogan yang mampu mendorong siswa untuk menggerakkan jiwa menjaga
kebersihan yaitu “Kebersihan sebagian dari Iman” dengan adanya slogan tersebut
pihak sekolah membuat kebijakan dengan mengadakan kegiatan jum’at bersih yang
dilakukan oleh semua warga sekolah tanpa terkecuali.
11.
Kerja sama antara sekolah dan orang tua yaitu
adanya komunikasi dengan orang tua siswa melalui pertemuan wali murid dan
komunikasi dengan handpnone. Guru memberikan pembinaan kepada orang tua
untuk senantiasa memperlakukan anak dengan baik dengan penuh kasih sayang
misalnya memberikan kesempatan kepada anak untuk berkumpul bersama keluarga dan
bercanda, mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat ataupun silaturahmi kepada
masyarakat/tetangga/saudara, membiasakan mengucapkan salam dan sopan santun
dalam bertuturkata, serta pembinaan akhlak dan moral. Dengan adanya pengawasan
di rumah dari orang tua maka akan menimbulkan kesinergian antara apa yang
diajarkan di sekolah dengan yang diamalkan di lingkungan keluarga dan
masyarakat. Jika ada masalah dengan anak langsung bisa berkomunikasi antara
guru dan orang tua. Sehingga mampu menemukan titik temu dalam mengatasinya.
Sebagia media pendukung pelaksanaan pendidikan
nilai dan karakter maka komponen-komponen yang berpengaruh adalah sebagai
berikut:
Jika ditinjau dari segi pendukung pengembangangan
soft skills adalah dengan adanya media. Media yang digunakan disesuaikan dengan
kebutuhan proses belajar mengajar, baik itu LCD proyektor atau media pendukung
lainnya baik yang berada di alam maupun buatan sendiri sehingga mampu memperlancar
proses pembelajaran.
Kedua, jika ditinjau dari segi pendidiknya dalam mengembangkan soft skill anak maka guru
mengadakan penelitian tindakan kelas sebagai upaya peningkatan mutu
pembelajaran di kelas, memiliki kempuan komunikasi yang baik terutama dalam
memotivasi peserta didiknya serta antara guru dan kepala sekolah, siswa, dan
masyarakat mempuanyai hubungan yang baik “relationships”. Sehingga rasa
kekeluargaan dan saling memiliki sangat erat. Jadi sebelum guru mengajarkan
tentang pendidikan nilai maka guru sendiri harus sudah memiliki ilmunya
terlebih dahulu sehingga apa yang diajarkan oleh siswanya juga diamalkan oleh
gurunya.
Jadi dapat disimpulkan bahwasanya pendidikan
nilai dan karakter sudah diterapkan di MTs Jam’ul Mu’awanah baik dalam pembelajaran di dalam kelas maupun
pembelajaran di luar kelas dan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan mendapat
dukungan dari sebagian besar pihak orang tua dan masyarakat. Namun masih ada sebagian kecil orang tua yang
masih acuh dan permasalah kurang harmonisnya keluarga siswa. Sehingga itu
menjadi kendala dalam upaya pengembangan soft skills siswa. Namun walaupun
demikian pihak sekolah terus berupaya membangun komunikasi yang baik bersama
orang tua siswa. Pihak sekolah datang ke rumah siswa untuk mencari informasi
tentang siswa agar pendidikan nilai dapat ditranfer dengan baik dan menjadi
karakter siswa.
KESIMPULAN
Soft skills adalah keterampilan dan
kecakapan hidup, baik untuk sendiri, berkelompok, atau bermasyarakat, serta
dengan Sang Pencipta. Sehingga soft skills punya penanan yang sangat besar
sebagai proses penentuan kesuksesan seseorang.
Untuk itu menjadi sangat penting mengkombinasikan
pendidikan hard skills , soft skills dan transcendental.
Guru di sini merupakan komponen penting dalam
pengembangan soft skills peserta didik maka guru harus menyadari bahwa peserta
didik memiliki berbagi macam potensi dalam dirinya, oleh karenanya
pendidik harus memahami secara utuh kepribadian audien, dan dicarikan metodenya
yang mengalir dan mencair. Keadaan ini tercapai ketika seorang pendidik
memiliki kecerdasan hati. Sehingga untuk mendidik siswa unruk mempunyai
kecerdasan hati maka guru harus memiliki kecerdasan hati pula. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara mengikuti berbagai kegiatan dan
pelatihan-pelatihan/seminar.
Link tentang
Pendidikan Nilai dan Karakter
kisah-kedasyatan-seorang-guru.
kenapa-pedagogi-soft-skill-diperlukan.
pendidikan aqidah
pendidikan akhlak
mendidik anak
Link tentang
Pendidikan Nilai dan Karakter
kisah-kedasyatan-seorang-guru.
kenapa-pedagogi-soft-skill-diperlukan.
pendidikan aqidah
pendidikan akhlak
mendidik anak
0 komentar :
Posting Komentar