Fungsi Manajemen Pendidikan Islam
Istilah
manajemen berhubungan dengan usaha untuk tujuan tertentu dengan jalan
menggunakan sumber daya - sumber daya yang tersedia dalam organisasi/lembaga
pendidikan Islam yang sebaik mungkin.[1]
Manajemen bukan hanya mengatur tempat, melainkan lebih dari itu yaitu mengatur
orang per orang. Dalam mengatur orang, diperlukan seni dengan sebaik-baiknya
sehingga kepala sekolah yang baik adalah kepala yang dapat menjadikan setiap
pekerja menikmati pekerjaan mereka. Jadi setiap orang yang bekerja dapat
menikmati pekerjaan mereka, hal itu menandakan keberhasilan seorang kepala
sekolah.[2]
Di
dalam proses manajemen digambarkan fungsi-fungsi manajemen secara umum yang
ditampilkan ke dalam perangkat organisasi dan memulai dikenal dengan teori
manajemen klasik. Para ahli manajemen mempunyai perbedaan pendapat dalam
merumuskan proses manajemen sebagaimana penjelasan sebagai berikut :[3]
1.
Menurut
Skinner, fungsi manajemen pendidikan meliputi : planning, organizing,
staffing, directing and controlling.
2.
Stappen
P. Robbin, fungsi manajemen meliputi : planning, organizing, leading and
controlling.
3.
Gulick,
mengedepankan proses manajemen mulai dari planning, organizing, staffing,
coordinating, reporting, dan budgeting.
4.
Fayol
yang dikenal sebagai bapak manajemen ilmiah (scientific Manajemen)
mengedepankan proses manajemen sebagai berikut: planning, organizing,
comanding, coordinating, dan controlling.
Berdasarkan
proses manajemen sebagaimana telah dikemukakan oleh para ahli tersebut di atas,
para pakar manajemen menjadi 4 proses yaitu: planning, organizing,
actuating, controlling (POAC). Empat proses ini digambarkan dalam
bentuk siklus karena adanya saling ketertarikan antara proses yang pertama dan
berikutnya, begitu juga setelah
pelaksanaaan controlling lazimnya dilanjutkan dengan membuat planning
baru. Proses siklus manajemen ini dapat digambarkan sebagai berikut :[4]
Planning
|
Organizing
|
Controlling
|
Actuating
|
Gambar 1.1 siklus proses manajemen
Dalam hal ini para pakar manajemen pendidikan Islam merumuskan
proses manajemen pendidikan Islam menjadi perencanaan pendidikan Islam dan
pengawasan pendidikan Islam. Siklus proses manajemen pendidikan Islam ini juga dapat digambarkan sebagai berikut :
Perencanaan
Pendidikan Islam
|
Pengorganisasian
Pendidikan Islam
|
Pengawasan
Pensisikan Islam
|
Penggerakan
Pendidikan Islam
|
Gambar
1.2 Siklus Proses Manajemen Pendidikan
1.
Perencanaan Pendidikan Islam
Dalam Manajemen Islam disebutkan bahwa semua tindakan Rasulullah
selalu membuat perencanaan yang teliti. Mengenai kewajiban untuk membuat perencanaan
yang teliti ini, banyak terdapat di dalam ayat Al-Qur’an, baik secara tegas
maupun secara sindiran (kinayah) agar sebelum mengambil sesuatu tindakan
haruslah dibuat perencanaan.[5]
Firman
Allah SWT:
(#râx÷n$#ur
“Peliharalah dirimu
dari kesalahan”.[6]
(Q.S Al-Maidah : 92)
Proses manajemen pada dasarnya adalah perencanaan segala sesuatu
secara sistematis melahirkan keyakinan yang berdampak pada melakukan sesuatu
sesuai dengan aturan serta memiliki manfaat.[7]
من حسن اسلآم الرءتركه ما لا يعبيه
“Diantara baiknya,
indahnya ke Islaman seseorang adalah yang selalu meninggalkan perbuatan yang
tidak ada manfaatnya”.[8]
(HR Tirmidzi)
Perbuatan yang tidak ada manfaatnya adalah sama dengan perbuatan
yang tidak pernah direncanakan. Jika perbuatan itu tidak pernah direncanakan,
maka tidak termasuk dalam kategori manajemen pendidikan Islam yang baik.[9] Dengan
demikian untuk mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan perlu dilakukan
perencanaan yang sistematis dengan menganalisis kekuatan dan kelemahan lembaga
tersebut. Sehingga program yang direncanakan bisa berjalan maksimal dan
bermanfaat buat orang lain. Terutama sebagai langkah pertama dalam
mengembangkan lembaga pendidikan tersebut.
Sabda
Rasulullah :
التد بير نصف العيش
“Perencanaan adalah sebagian dari penghidupan”.[10]
Perencanaan merupakan suatu proses berfikir. Di sini Nabi menyatakan
bahwa berfikir itu ibadah. Jadi, sebelum kita melakukan sesuatu wajiblah
dipikirkan terlebih dahulu. Ini berarti bahwa semua pekerjaan harus diawali
dengan perencanaan. Tuhan memberikan kepada kita akal dan ilmu guna melakukan
sebuah ikhtiar, untuk menghindari kerugian atau kegagalan. Ikhtiar di sini
adalah suatu konkrentasi dari suatu perencanaan.[11] Sedangkan
menurut Kisbiyanto perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan serangkaian
keputusan untuk mengambil tindakan dimasa yang akan datang yang diarahkan
kepada tercapainya tujuan-tujuan dengan sarana yang optimal.[12]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perencanaan pendidikan
Islam adalah suatu proses menyiapkan serangkaian kegiatan yang meliputi
perumusan tujuan, pemilihan program, identifikasi sumberdaya pendukung baik
sumber daya manusia maupun sumber daya alam untuk mencapai tujuan manajemen
pendidikan Islam secara efektif dan efisien.
Perencanaan pendidikan
Islam dibuat berdasarkan beberapa sumber-sumber diantaranya:[13]
a.
Kebijaksanaan pucuk pimpinan (policy top
management), yaitu perencanaan itu sering kali berasal dari badan-badan
ataupun orang-orang yang berhak mempunyai wewenang untuk membuat berbagai
kebijakan (policy), sebab merekalah para pemegang policy.
b.
Hasil pengawasan, yaitu suatu perencanaan akan
dibuat atas dasar fakta-fakta maupun data-data dari pada hasil pengawasan suatu
kegiatan kerja.
c.
Kebutuhan masa depan yaitu suatu perencanaan
sengaja dibuat untuk mempersiapkan masa depan yang baik ataupun untuk mencegah
hambatan dan rintangan guna mengatasi persoalan-persoalan yang akan timbul.
d.
Penemuan baru yaitu suatu perencanaan yang dibuat
berdasarkan studi faktual ataupun yang terus menerus maka akan menemukan
ide-ide ataupun pendapat baru untuk suatu kegiatan kerja.
e.
Prakarsa dari dalam yaitu suatu perencanaan
yang dibuat akibat inisiatif dari bawahan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
f.
Prakarsa dari luar yaitu suatu perencanaan yang
dibuat akibat inisiatif atau kritik-kritik dari orang-orang di luar organisasi
ataupun dari masyarakat luas.
Manfaatnya antara lain meliputi :[14]
a.
Hasil
rencana dijadikan kerangka kerja dan pedoman penyelesaian.
b.
Rencana
menentukan proses yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.
c.
Dengan
rencana setiap langkah dapat diukur atau dibandingkan dengan hasil yang
seharusnya dicapai.
d.
Mencegah
pemborosan uang, tenaga, dan waktu.
e.
Mempersempit
kemungkinan timbulnya gangguan atau hambatan.
Menurut Udin Saifudin yang dikutip oleh Didin Kurniadi, adapun proses
perencanaan pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut: [15]
Pendahuluan
|
Analisis bidang telaah permasalahan perncanaaan :
1. Bidang ata wilayah dan sistem-sistem sub bidang teaah
2. Pengumpulan data
3. Tabulasi data
4. Perkiraan perencanaan
|
Evaluasi rencana
1.
Perencanaan melalui stimulasi
2.
Evaluasi perncanaan
3.
Pemilihan perencanaan
|
Menentukan rencana
1. Rumusan masalah
2. Laporan hasil
|
Mengkonsepsikan dan Merencanakan rencana:
1. Mengidentifikasi kecenderungan umum
2. Menentukan tujuan dan sassaran
3. Mendesain perencanaan
|
Mendefinisikan permasalahan perencanaan pendidikan :
1.
Ruang lingkup permasalahan
pendidikan
2.
Perangkaian sejarah pendidikan
3.
Perbedaan kenyataan dan harapan pendidikan
4.
Sumber daya dan hambatan
pendidikan
5.
Menentukan bagian-bagian
pendidikan
|
Implementasi rencana
1. Persiapan program
2. Persetujuan perencanaan
3. Pengaturan unit-unit oprerasional rencana
|
Evalusai dan implementasi rencana dan umpan baliknya:
1. Monitoring rencana
2. Evaluasi rencana
3. Menyelesaikan, mengubah, dan mendesain ulang rencana
|
Gambar. 1.3 Proses Perencanaan
Pendidikan
2.
Pengorganisasian Pendidikan Islam
Pengorhganisasian adalah suatu mekanisme atau suatu struktur, yang
dengan struktur itu semua subjek, perangkat lunak dan perangkat keras yang
kesemuanya dapat bekerja secara efektif, dan dapat dimanfaatkan menurut fungsi
dan porsinya masing-masing. Adanya inisiatif, sikap yang kreatif, dan produktif
dari semua anggota pendidikan Islam dari
pangkat yang serendah-rendahnya sampai yang tertinggi akan menjamin organisasi
pendidikan Islam berjalan dengan baik. [16]
Sedangkan menurut Kisbiyanto, pengorganisasian adalah suatu usaha
untuk mewujudkan kerjasama antar manusia yang terlibat dalam penyelenggaraan
pendidikan. Pengorganisasian juga didefinisikan sebagai penyatu dan penghimpun
sumber daya manusia dan sumber lain dalam suatu struktur organisasi.[17]
9e@à6Ï9ur
×M»y_uy
$£JÏiB
(#qè=ÏJtã
4
Artinya
: “ Setiap orang mempunyai tingkatan menurut pekerjaannya masing-masing.[18] (Q.S.
Al-An’am: 132)
Firman
Allah:
È@è%ur
(#qè=yJôã$#
uz|¡sù
ª!$#
ö/ä3n=uHxå
Artinya:
“dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, nanti Allah akan memperlihatkan bukti
pekerjaannya kalian masing-masing.[19](Q.S.
At-Taubah: 105)
Dalil-dalil
di atas dari nash Al-Qur’an yang dengan tegas dan jelas menunjukkan bahwa
manusia dalam prakteknya berkarya menurut kecakapan masing-masing. Kecakapan
mereka, baik berupa ilmu yang dipunyainya maupun sebagai pengalaman, akan
menempatkan mereka pada posisi tertentu. Hal ini dalam posisi ekonomi disebut division
of labour (pembagian kerja). Pembagian kerja itu pada akhirnya menjurus menjadi
spesialisasi, akibat perbedaan kecakapan, perbedaan ilmu dan ketrampilan
msing-masing.[20]
Sewaktu
Rasulllah membentuk atribut-atribut Negara dalam kedudukan beliau sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi, beliau membentuk organisasi di dalamnya terlibat
para sahabat beliau yang mereka tempatkan pada kedudukan menurut kecakapan dan
ilmu masing-masing.[21]
Kita
tidak dapat memungkiri bahwa Rasulullah itu adalah seorang organisatoris ulung,
administrator yang jenius, dan pendidikan yang baik yang menjadi tuntutan dan
panutan, karena beliau berfungsi sebagai panutan yang baik (uswatun hasanah).[22]
Berdasarkan
hasil observasi, ternyata dalam manajemen pendidikan Islam yang ada di MTs
Jam’ul Mu’awanah masih ditemukan guru yang mengajar tidak dibidang keahliannya
karena tidak adanya biaya untuk membayar guru honorer sehingga dirangkap oleh
guru matapelajaran lainnya.[23]
Manfaat
pengorganisasian manajemen pendidikan meliputi:[24]
a.
Antara
bidang yang satu dengan bidang yang lain dapat diketahui batas-batasnya serta
dapat dirancang bagaimana antar bagian dapat melakukan kerjasama sehingga dapat
tercapai sinkronisasi tugas.
b.
Dengan
penugasan yang jelas terhadap orang-orangnya, masing-masing orang mengetahui
wewenag dang kewajibannya.
c.
Dengan
digambarkannya unit-unit kegiatan dalam struktur sebuah organisasi, dapat
diketahui hubungan vertikal dan horizontal, baik dalam jalur struktur maupun
jalur fungsional.
Proses
pengorganisasian: [25]
1. Pemerincian Pekerjaan
|
3. Penyatuan Pekerjaan
|
4. Koordinasi pekerjaan
|
5. Monitoring dan reorganisasi
|
2. Pembagian kerja
|
Gambar
1.4 Proses pengorganisasian
Bapak Amirudin mengatakan bahwa, “dalam pengorganisasian perlu
memperhatikan sumber daya yang tersedia. Hal ini sangat mempengaruhi proses
berjalannya suatu program terutama pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya
manusia. Untuk itu diperlukan struktur
keorganisasian, pola tata cara kerja, serta prosedurnya. Sehingga dalam
aktifitasnya dapat berjalan secara sistematis. Selain itu yang perlu
diperhatikan dalam pengorganisasian kita harus memegang prinsip kebebasan
bertanggungjawab, keadilan serta harus ada musyawah.”[26]
Berdasarkan ungkapan Bapak Amirudin selaku kepala Madrasah di atas
dapat disimpulkan bahwasanya pengorganisasian terutama dibidang manajemen
pendidikan Islam mempunyai peranan yang
sangat penting. Dengan demikian, dengan adanya struktur organisasi wewenang dan
tanggung jawab tersebut dapat tersusun
dengan sistematis, efektif dan efisien
3.
Penggerakan Pendidikan Islam
Actuating merupakan
fungsi manajemen yang komplek dan merupakan ruang lingkup yang cukup luas serta
sangat berhubungan erat dengan sumber daya manusia yang pada akhirnya actuating
merupakan pusat sekitar aktivits-aktivitas manajemen. Penggerakan (actuating)
pada hakekatnya adalah menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien.[27]
Penggerakan/actuating merupakan kemampuan seseorang untuk
memberikan kegairahan, kegiatan, pengertian, sehingga orang lain mau mendukung
dan bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan organisasi/lembaga pendidikan
Islam sesuai dengan tugas yang
dibebankan kepadanya.[28]
Mereka
dapat digerakkan secara sukarela, dan dapat merasakan bahwa pekerjaan itu adalah
kewajibannya yang harus dikerjakan secara suka rela seperti pekerjaannya
sendiri. Dengan adanya rasa memiliki (sense of belonging), dan ikut
bertanggung jawab, mereka akan kecewa jika gagal, sebaliknya mereka merasa
bahagia jika tujuan berhasil dicapai. Jika perasaan mereka sudah demikian berarti
fungsi motivasi pemimpin berhasil. Fungsi actuating berhubungan erat
dengan sumber daya manusia, oleh karena itu seseorang pemimpin pendidikan Islam
dalam membina kerjasama, mengarahkan dan
mendorong kegairahan kerja para bawahannya perlu memahami faktor-faktor manusia
dan pelakunya.[29]
Pada
suatu lembaga pendidikan Islam, kepemimpinan efektif hendaknya memberikan arah
kepada usaha dari semua personil dalam mencapai tujuan lembaga pendidikan Islam.
Tanpa kepemimpinan atau bimbingan, hubungan antara tujuan perseorangan dengan
tujuan organisasi bisa kendur. Ini bisa membawa kepada situasi terhadap
orang-orang yang bekerja untuk mencapai tujuan pribadi mereka, sedang
organisasi tidak efektif dalam mencapai tujuan-tujuannya.[30] Dengan
demikian peranan pemimpin dalam menggerakkan suatu organisasi pendidikan adalah
memberikan bimbingan dan arahan yang sifatnya membangun dan menumbuhkan
kepercayaan diri pada pegawainya dengan sistem kepemimpinan yang demokrasi.
Dr.
Muhammad Munir di dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sekolah: Dasar-Dasar
dan Pelaksanaannya, mengatakan, “Penggerakan tidak hanya dengan kata-kata
yang manis atau sekedar basa-basi yang diucapkan kepada orang lain. Lebih dari
itu, penggerakan adalah pemahaman mendalam akan berbagai kemampuan,
kesanggupan, keadaan, motivasi, dan kebutuhan orang lain. Selanjunya menjadikan
semua faktor tersebut sebagai sarana penggerak mereka dalam bekerja secara
bersama-sama sebagai suatu kelompok. Sekaligus berupaya mewujudkan tujuan yang
sama di dalam situasi saling pengertian, saling kerja sama, saling kasih
sayang, dan saling mencintai”.[31] Maka
dari itu, peranan komunikasi sangat penting dalam mempengaruhi jiwa dan jalan
pikiran sesorang serta dalam memberi inspirasi.
Dengan
demikian peran kepala sekolah sebagai penggerak pendidikan di sekolah atau
madrasah seharusnya kepala sekolah mempunyai kompetensi dasar manajerial.
Kompetensi dasar manajerial meliputi:[32]
a.
Ketrampilan
teknis (Technical Skill) adalah ketrampilan yang berhubungan dengan
pengetahuan, metode, dan teknik-teknik tertentu dalam menyelesaikan suatu
tugas-tugas tertentu.
b.
Ketrampilan
Manusiawi (Human Skill) adalah ketrampilan yang menunjukan ketrampilan
seorang pemimpin didalam bekerja melalui orang lain secara efektif dan untuk
membina kerjasama.
c.
Ketrampilan
Konseptual (Conseptual) adalah kemampuan seorang pemimpin di dalam
berfikir, seperti menganalisis suatu masalah, memutuskan, dan memecahkan
masalah tersebut dengan baik. Sehingga untuk menerapkannya diperlukan pemahaman
yang utuh (secara totalitas) terhadap organisasinya.
Selain
ketrampilan-ketrampilan di atas yang perlu diperhatikan dalam menggerakkan
pendidikan sebagaimana yang telah dijelaskan di atas adalah bagaimana
memberikan motivasi kepada bawahannya. Dengan adanya motivasi tersebut seorang
manajer mendapatkan komitmen dari setiap orang yang terlibat dalam proses
kegiatan tersebut.
Mengingat
bahwa motivasi memiliki arti penting dalam menumbuhkan dan mempertinggi
semangat kerja, salah satu aktivitas manajemen adalah memberikan motivasi atau
proses pemberian kegairahan kerja pada setiap anggota organisasi agar ada
kerelaan dan semangat dalam melaksanakan tugas demi terciptanya tujuan
organisasi.[33]
Caranya dengan melakukan analis kebutuhan pada anggotannya.
Hal
ini dapat merujuk pada teori hierarki kebutuhan Maslow yang dapat digambarkan
pada priramida dibawah ini.
Selain hal di atas, dalam pencapaian tujuan organisasi tidak hanya
membutuhkan kompensi dari manajer tetapi juga membutuhkan suatu kerja sama yang
saling mendukung dan mempengaruhi yang terwujudnya prosesnya komunikasi.
Komunikasi merupakan unsur penting dalam menggerakkan organisasi, “Komunikasi
merupakan unsur yang pertama dari segenap organisasi.” Dalam konteks ini
komunikasi juga dapat dikatakan sebagai urat nadi pelaksanaan aktivitas
organisasi. Sebab, dengan menggunakan komunikasi, sangat memungkinkan
terjadinya koordinasi, perintah/instruksi, saran-saran, informasi, dan
sebagainya.[34]
Dengan demikian komunikasi merupakan komponen penting. Dalam hal
ini pimpinan harus mampu menyampaikan
gagasan secara jelas dalam penggerakan organisasi baik dalam bentuk tulisan
maupun lisan. Perlu adanya sikap keterbukaan agar tidak ada kesalahpahaman,
kecerdasan intelgensi maupun spiritual serta dalam memberikan instruksi tidak
bersifat mengancam. Sehingga proses komunikasi mampu memberikan motivasi dalam bekerja
dan hasilnya sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan oleh pendidikan Islam itu sendiri. Selain itu kepala sekolah harus
tegas dalam mengambil setiap keputusan dengan mempertimbangkan segala aspek
yang terkait dengan permasalahan tersebut. Dengan demikian penggerakan
organisasi tidak teromabng-ambing akibat ketidak tegasan pengambilan
keputusaan.
4.
Pengawasan Pendidikan Islam
Controling (pengawasan)
merupakan langkah penentu terhadap apa yang harus dilaksanakan, sekalligus
menilai dan memperbaiki, sehingga pelaksanannya sesuai dengan rencana, serta
terwujudnya secara efektif dan efisien.[35]
Controling (pengawasan)
adalah suatu usaha untuk meneliti kegiatan-kegiatan yang telah dan akan
dilaksanakan. Pengawasan berorientasi pada obyek yang dituju (pendidikan Islam)
dan merupakan alat untuk menyuruh orang bekerja menuju sasaran yang ingin
dicapai.[36]
Sedangkan menurut Kisbiyanto, pengawasan adalah usaha pimpinan untuk mengetahui
semua hal yang menyangkut pelaksanaan kerja, khususnya untuk mengetahui
kelancaran kerja para pegawai dalam melaksanakan tugas dalam mencapai tujuan.
Pengawasan kerja juga sering disebut control, penilaian, penilaikan, monitoring
atau supervisi.[37]
Jadi dapat disimpulakan bahwa pengawasan pendidikan Islam adalah
upaya mengamati dan mengukur suatu kegiatan yang mencangkup keseluruhan guna
mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya sehingga terlihat
efektif dan efisien.
Menurut Siagian (1983) fungsi pengawasan yaitu upaya penyesuaian
antara rencana yang telah disusun dengan pelaksanaan atau hasil yang benar-benar tercapai. Untuk
menngetahui hasil yang dicapai benar-benar sesuai dengan rencana yang telah
disusun diperlukan informasi tentang tingkat pencapaian hasil. Informasi ini
dapat diperoleh melalui komunikasi dengan bawahan, khususnya laporan dari
bawahan atau observasi langsung. Apabila hasil tidak sesuai dengan standar yang
ditentukan, pimpinan dapat meminta informasi tentang masalah yang dihadapi.
Dengan demikian tindakan perbaikan dapat disesuaikan dengan sumber masalah. Di samping
itu, untuk menghindari kesalahpahaman tentang arti, maksud dan tujuan
pengawasan antara pengawas dengan yang diawasi perlu dipelihara jalur
komunikasi yang efektif dan bernilai dalam arti bebas dari prasangka buruk dan
dilakukan secara berdayaguna dan berhasilguna.[38]
Tujuan pengawasan pendidikan Islam haruslah positif dan konstruktif, yaitu untuk
memperbaiki, mengurangi pemborosan waktu, uang, material, dan tenaga di lembaga
pendidikan Islam. Di samping itu, juga bertujuan untuk membentuk menegakkan
antara prosedur, program, standard dan peraturan ditaati, sehingga dapat
mencapai efisiensi lembaga pendidikan Islam yang setinggi-tingginya.[39]
Mengenai pentingnya pengawasan pendidikan Islam, hal ini dibuktikan
dengan hasil wawancara kepada Bapak Amirudin selaku kepala Madrasah mengatakan
bahwa pengawasan mempunyai peranan penting untuk mengetahui seberapa besar
kinerja tersebut dalam mencapai standar tujuan yang telah ditentukan. Dengan
adanya pengawasan maka tahu mana letak kekurangan sebagai upaya perbaikan
sistem.”
Manfaat pengawasan meliputi :[40]
a.
Jalannya
pelaksanaan kerja dapat diketahui tingkat pencapaiannya sesuai tujuan.
b.
Mengetahui
apakah strategis, metode dan teknik yang telah diterapkan dalam perencanaan
sudah cocok dengan langkah-langkah pencapaiaan tujuan dan dengan resiko yang
sekecil-kecilnya.
Bentuk-bentuk pengawasan:[41]
a.
Pengawassan
melekat
Pengawasan melekat adalah serangkaian kegiatan yang bersifat
pengendalian yang terus menerus dilakukan langsung terhadap bawahannya secara
preventif dan represif agar pelaksanaan tugas bawahan dapat berjalan secara
efektif sesuai dengan rencana kegiatan.
b.
Pengawasan
fungsional
Pengawasan fungsional adalah setiap usaha yang dilakukan untuk
melakukan audit dan pemantauan secara bebas terhadap obyek yang diawasinnya.
Pengawasan fungsional mempunyai peran penting untuk membantu manajemen puncak
melakukan pengendalian organisasi dalam mencapai tujuannya.
1)
Pengawasan
internal
Pengawasan internal adalah suatu penilaian yang obyektif dan
sistematis oleh pengawas internal atas pelaksanaan dan pengendalian organisasi.
Pengawasan internal menekankan pada pemberian bantuan kepada manajemen dalam
mengidentifikasi sekaligus merekomendasikan masalah inefesiensi maupun potensi
kegagalan sistem dan program.
2)
Pengawasan
eksternal
Pengawasan yang dilakukan untuk meningkatkan kredibilitas
keberhasilan dan kemajuan organisasi. Pelaksanaan pengawasan eksternal
dilakukan dengan prinsip kemitraan (partnership) antara pengawas dengan
yang diawasi.
Beberapa kondisi yang harus diperhatikan agar pengawasan berfungsi
efektif: [42]
a)
Pengawasan
harus dikaitkan dengan tujuan dan kriteria yang akan dipergunakan dalam sistem
pendidikan, yaitu relevansi, efektifitas, dan produktivitas.
b)
Ditentukan
standar. Ada dua tujuan pokok yaitu: untuk memotivasi dan untuk dijadikan
patokan guna membandingkan dengan prestasi.
c)
Pengawasan
hendaknya disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi. Disini diperlukan
pola dan tata organisasi, seperti susunan, peraturan, kewenangandan tugas-tugas
yang telah digariskan dalam uraian tugas (jib description).
d)
Banyaknya
pengawasan harus dibatasi. Artinya jika pengawasan terhadap karyawan terlampau
sering, ada kecenderungan mereka kehilangan otonominya dan dapat dipersepsi
pengawasan itu sebagai pengekangan.
e)
Sistem
pengawasan harus dikemudi tanpa mengorbankan otonomi dan kehormatan manajerial
tetapi fleksibel, artinya sistem pengawasan menunjukkan kapan dan dimana
tindakan korektif harus diambil.
f)
Pengawasan
hendaknya mengacu pada tindakan perbaikan, tetapi penyediaan altenatif
perbaikan dan menentukan tindakan perbaikan.
g)
Pengawasan
hendaknya mengacu pada prosedur pemecahan masalah yaitu menemukan masalah,
menemukan penyebab, membuat rancangan penanggulangan, melakukan perbaikan,
mengecek hasil perbaikan, mencegah timbulnya masalah yang serupa.
Setelah proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasan telah berjalan maka tindakan lanjutannya adalah adanya evaluasi
manajemen pendidikan Islam. Evaluasi adalah pengukuran suatu proses atau
kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu.[43] Dalam
sistem pembelajaran evaluasi merupakan salah satu komponen penting untuk
mengetahui efektif dan efisien tidaknya
kegiatan yang telah dijalankan. Dengan adanya evalusi manajer mampu
menindaklanjuti suatu program tersebut dengan memperbaiki dan menyempurnakan program tersebut.
Pengawasan dalam pendidikan Islam merupakan pengawasan yang sangat
komplek, pengawasan material dan pengawasan spiritual, adanya keyakinan bahwa
kehidupan ini bukanlah dimonitor oleh seorang manajer ataupun
atasan saja, namun merasa langsung diawasi oleh Allah SWT.
Firman Allah SWT
Katakanlah: "Jikalau kamu menyembunyikan apa yang ada di dalam
hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah akan Mengetahuinya". Allah
mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi ini
dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(Q.S Ali Imran : 29)
Sistem pengawasan atau pengendalian dari sistem manajemen dalam
pendidikan Islam adalah tindakan
sistematis yang bisa menjamin bahwa aktivitas operasionalnya benar-benar
mengacu pada perencanaan yang sudah ada. Pengawasan ini bukan hanya berlangsung
ketika proses manajemen pendidikan Islam telah selesai. Akan tetapi pengawasan ini
senantiasa diberlakukan sejak menetukan perencanaan maupun melaksanakan proses
pengorganisasian itu. Hal ini merupakan bagian pengawasan langsung yang
senantiasa dilakukan kapanpun dan di manapun.
[2] Ibid.,
[4] Ibid.,
hlm. 27
[5] Ibid.,
hlm. 28
[6] Ibid.,
[7] Ibid.,
[8] Ibid.,hlm.
28-29
[10] Ibid.,
[11] Ibid.,
[12]
Kisbiyanto, Manajemen
Pendidikan: Pendekatan Teoritik dan
Praktik, (Yogyakarta: Ide Press Yogyakarta, 2011). Hlm. 3
[13] Marno dan
Triyatno Supriyatno, Manajemen dan
Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: Refika Aditama ,2008), hlm. 11
[15] Didin kurniadin.
Op.Cit. hlm. 176
[16] Sulistiyorini,
Op.Cit. hlm.29
[17] Kisbiyanto, Op.Cit.
hlm. 4
[19]
Ibid.,
[20] Ibid.,
[21] Ibid.,
[22] Ibid.,
[24] Kisbiyanto, Op.Cit.hlm.
4
[26] Hasil wawancara
Bapak Amirudin tanggal 27 Maret 2014 pukul 9.30
[28] Ibid.,
[29] Ibid.,
[31] Ibid., hlm.
32
[33] Didin Kurniadin,
Op.Cit. hlm. 335
[34] Didin
Kurniadin. Op.Cit. hlm. 353
[35] Sulistiyorini.
Op.Cit, hlm. 32
[36] Sulistiyorini.
Op.Cit, hlm hlm. 32
[38] Sulistiyorini.
Op.Cit., hlm. 32-33
[40] Kisbiyanto. Op.Cit.
hlm. 5
[42] Nanang Fatta.
Op.Cit. Hlm. 106-107
[43] Didin
Kurniadi, Op.Cit. hlm. 372
Istilah
manajemen berhubungan dengan usaha untuk tujuan tertentu dengan jalan
menggunakan sumber daya - sumber daya yang tersedia dalam organisasi/lembaga
pendidikan Islam yang sebaik mungkin.[1]
Manajemen bukan hanya mengatur tempat, melainkan lebih dari itu yaitu mengatur
orang per orang. Dalam mengatur orang, diperlukan seni dengan sebaik-baiknya
sehingga kepala sekolah yang baik adalah kepala yang dapat menjadikan setiap
pekerja menikmati pekerjaan mereka. Jadi setiap orang yang bekerja dapat
menikmati pekerjaan mereka, hal itu menandakan keberhasilan seorang kepala
sekolah.[2]
Di
dalam proses manajemen digambarkan fungsi-fungsi manajemen secara umum yang
ditampilkan ke dalam perangkat organisasi dan memulai dikenal dengan teori
manajemen klasik. Para ahli manajemen mempunyai perbedaan pendapat dalam
merumuskan proses manajemen sebagaimana penjelasan sebagai berikut :[3]
1.
Menurut
Skinner, fungsi manajemen pendidikan meliputi : planning, organizing,
staffing, directing and controlling.
2.
Stappen
P. Robbin, fungsi manajemen meliputi : planning, organizing, leading and
controlling.
3.
Gulick,
mengedepankan proses manajemen mulai dari planning, organizing, staffing,
coordinating, reporting, dan budgeting.
4.
Fayol
yang dikenal sebagai bapak manajemen ilmiah (scientific Manajemen)
mengedepankan proses manajemen sebagai berikut: planning, organizing,
comanding, coordinating, dan controlling.
Berdasarkan
proses manajemen sebagaimana telah dikemukakan oleh para ahli tersebut di atas,
para pakar manajemen menjadi 4 proses yaitu: planning, organizing,
actuating, controlling (POAC). Empat proses ini digambarkan dalam
bentuk siklus karena adanya saling ketertarikan antara proses yang pertama dan
berikutnya, begitu juga setelah
pelaksanaaan controlling lazimnya dilanjutkan dengan membuat planning
baru. Proses siklus manajemen ini dapat digambarkan sebagai berikut :[4]
Planning
|
Organizing
|
Controlling
|
Actuating
|
Gambar 1.1 siklus proses manajemen
Dalam hal ini para pakar manajemen pendidikan Islam merumuskan
proses manajemen pendidikan Islam menjadi perencanaan pendidikan Islam dan
pengawasan pendidikan Islam. Siklus proses manajemen pendidikan Islam ini juga dapat digambarkan sebagai berikut :
Perencanaan
Pendidikan Islam
|
Pengorganisasian
Pendidikan Islam
|
Pengawasan
Pensisikan Islam
|
Penggerakan
Pendidikan Islam
|
Gambar
1.2 Siklus Proses Manajemen Pendidikan
1.
Perencanaan Pendidikan Islam
Dalam Manajemen Islam disebutkan bahwa semua tindakan Rasulullah
selalu membuat perencanaan yang teliti. Mengenai kewajiban untuk membuat perencanaan
yang teliti ini, banyak terdapat di dalam ayat Al-Qur’an, baik secara tegas
maupun secara sindiran (kinayah) agar sebelum mengambil sesuatu tindakan
haruslah dibuat perencanaan.[5]
Firman
Allah SWT:
(#râx÷n$#ur
“Peliharalah dirimu
dari kesalahan”.[6]
(Q.S Al-Maidah : 92)
Proses manajemen pada dasarnya adalah perencanaan segala sesuatu
secara sistematis melahirkan keyakinan yang berdampak pada melakukan sesuatu
sesuai dengan aturan serta memiliki manfaat.[7]
من حسن اسلآم الرءتركه ما لا يعبيه
“Diantara baiknya,
indahnya ke Islaman seseorang adalah yang selalu meninggalkan perbuatan yang
tidak ada manfaatnya”.[8]
(HR Tirmidzi)
Perbuatan yang tidak ada manfaatnya adalah sama dengan perbuatan
yang tidak pernah direncanakan. Jika perbuatan itu tidak pernah direncanakan,
maka tidak termasuk dalam kategori manajemen pendidikan Islam yang baik.[9] Dengan
demikian untuk mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan perlu dilakukan
perencanaan yang sistematis dengan menganalisis kekuatan dan kelemahan lembaga
tersebut. Sehingga program yang direncanakan bisa berjalan maksimal dan
bermanfaat buat orang lain. Terutama sebagai langkah pertama dalam
mengembangkan lembaga pendidikan tersebut.
Sabda
Rasulullah :
التد بير نصف العيش
“Perencanaan adalah sebagian dari penghidupan”.[10]
Perencanaan merupakan suatu proses berfikir. Di sini Nabi menyatakan
bahwa berfikir itu ibadah. Jadi, sebelum kita melakukan sesuatu wajiblah
dipikirkan terlebih dahulu. Ini berarti bahwa semua pekerjaan harus diawali
dengan perencanaan. Tuhan memberikan kepada kita akal dan ilmu guna melakukan
sebuah ikhtiar, untuk menghindari kerugian atau kegagalan. Ikhtiar di sini
adalah suatu konkrentasi dari suatu perencanaan.[11] Sedangkan
menurut Kisbiyanto perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan serangkaian
keputusan untuk mengambil tindakan dimasa yang akan datang yang diarahkan
kepada tercapainya tujuan-tujuan dengan sarana yang optimal.[12]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perencanaan pendidikan
Islam adalah suatu proses menyiapkan serangkaian kegiatan yang meliputi
perumusan tujuan, pemilihan program, identifikasi sumberdaya pendukung baik
sumber daya manusia maupun sumber daya alam untuk mencapai tujuan manajemen
pendidikan Islam secara efektif dan efisien.
Perencanaan pendidikan
Islam dibuat berdasarkan beberapa sumber-sumber diantaranya:[13]
a.
Kebijaksanaan pucuk pimpinan (policy top
management), yaitu perencanaan itu sering kali berasal dari badan-badan
ataupun orang-orang yang berhak mempunyai wewenang untuk membuat berbagai
kebijakan (policy), sebab merekalah para pemegang policy.
b.
Hasil pengawasan, yaitu suatu perencanaan akan
dibuat atas dasar fakta-fakta maupun data-data dari pada hasil pengawasan suatu
kegiatan kerja.
c.
Kebutuhan masa depan yaitu suatu perencanaan
sengaja dibuat untuk mempersiapkan masa depan yang baik ataupun untuk mencegah
hambatan dan rintangan guna mengatasi persoalan-persoalan yang akan timbul.
d.
Penemuan baru yaitu suatu perencanaan yang dibuat
berdasarkan studi faktual ataupun yang terus menerus maka akan menemukan
ide-ide ataupun pendapat baru untuk suatu kegiatan kerja.
e.
Prakarsa dari dalam yaitu suatu perencanaan
yang dibuat akibat inisiatif dari bawahan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
f.
Prakarsa dari luar yaitu suatu perencanaan yang
dibuat akibat inisiatif atau kritik-kritik dari orang-orang di luar organisasi
ataupun dari masyarakat luas.
Manfaatnya antara lain meliputi :[14]
a.
Hasil
rencana dijadikan kerangka kerja dan pedoman penyelesaian.
b.
Rencana
menentukan proses yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.
c.
Dengan
rencana setiap langkah dapat diukur atau dibandingkan dengan hasil yang
seharusnya dicapai.
d.
Mencegah
pemborosan uang, tenaga, dan waktu.
e.
Mempersempit
kemungkinan timbulnya gangguan atau hambatan.
Menurut Udin Saifudin yang dikutip oleh Didin Kurniadi, adapun proses
perencanaan pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut: [15]
Pendahuluan
|
Analisis bidang telaah permasalahan perncanaaan :
1. Bidang ata wilayah dan sistem-sistem sub bidang teaah
2. Pengumpulan data
3. Tabulasi data
4. Perkiraan perencanaan
|
Evaluasi rencana
1.
Perencanaan melalui stimulasi
2.
Evaluasi perncanaan
3.
Pemilihan perencanaan
|
Menentukan rencana
1. Rumusan masalah
2. Laporan hasil
|
Mengkonsepsikan dan Merencanakan rencana:
1. Mengidentifikasi kecenderungan umum
2. Menentukan tujuan dan sassaran
3. Mendesain perencanaan
|
Mendefinisikan permasalahan perencanaan pendidikan :
1.
Ruang lingkup permasalahan
pendidikan
2.
Perangkaian sejarah pendidikan
3.
Perbedaan kenyataan dan harapan pendidikan
4.
Sumber daya dan hambatan
pendidikan
5.
Menentukan bagian-bagian
pendidikan
|
Implementasi rencana
1. Persiapan program
2. Persetujuan perencanaan
3. Pengaturan unit-unit oprerasional rencana
|
Evalusai dan implementasi rencana dan umpan baliknya:
1. Monitoring rencana
2. Evaluasi rencana
3. Menyelesaikan, mengubah, dan mendesain ulang rencana
|
Gambar. 1.3 Proses Perencanaan
Pendidikan
2.
Pengorganisasian Pendidikan Islam
Pengorhganisasian adalah suatu mekanisme atau suatu struktur, yang
dengan struktur itu semua subjek, perangkat lunak dan perangkat keras yang
kesemuanya dapat bekerja secara efektif, dan dapat dimanfaatkan menurut fungsi
dan porsinya masing-masing. Adanya inisiatif, sikap yang kreatif, dan produktif
dari semua anggota pendidikan Islam dari
pangkat yang serendah-rendahnya sampai yang tertinggi akan menjamin organisasi
pendidikan Islam berjalan dengan baik. [16]
Sedangkan menurut Kisbiyanto, pengorganisasian adalah suatu usaha
untuk mewujudkan kerjasama antar manusia yang terlibat dalam penyelenggaraan
pendidikan. Pengorganisasian juga didefinisikan sebagai penyatu dan penghimpun
sumber daya manusia dan sumber lain dalam suatu struktur organisasi.[17]
9e@à6Ï9ur
×M»y_uy
$£JÏiB
(#qè=ÏJtã
4
Artinya
: “ Setiap orang mempunyai tingkatan menurut pekerjaannya masing-masing.[18] (Q.S.
Al-An’am: 132)
Firman
Allah:
È@è%ur
(#qè=yJôã$#
uz|¡sù
ª!$#
ö/ä3n=uHxå
Artinya:
“dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, nanti Allah akan memperlihatkan bukti
pekerjaannya kalian masing-masing.[19](Q.S.
At-Taubah: 105)
Dalil-dalil
di atas dari nash Al-Qur’an yang dengan tegas dan jelas menunjukkan bahwa
manusia dalam prakteknya berkarya menurut kecakapan masing-masing. Kecakapan
mereka, baik berupa ilmu yang dipunyainya maupun sebagai pengalaman, akan
menempatkan mereka pada posisi tertentu. Hal ini dalam posisi ekonomi disebut division
of labour (pembagian kerja). Pembagian kerja itu pada akhirnya menjurus menjadi
spesialisasi, akibat perbedaan kecakapan, perbedaan ilmu dan ketrampilan
msing-masing.[20]
Sewaktu
Rasulllah membentuk atribut-atribut Negara dalam kedudukan beliau sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi, beliau membentuk organisasi di dalamnya terlibat
para sahabat beliau yang mereka tempatkan pada kedudukan menurut kecakapan dan
ilmu masing-masing.[21]
Kita
tidak dapat memungkiri bahwa Rasulullah itu adalah seorang organisatoris ulung,
administrator yang jenius, dan pendidikan yang baik yang menjadi tuntutan dan
panutan, karena beliau berfungsi sebagai panutan yang baik (uswatun hasanah).[22]
Berdasarkan
hasil observasi, ternyata dalam manajemen pendidikan Islam yang ada di MTs
Jam’ul Mu’awanah masih ditemukan guru yang mengajar tidak dibidang keahliannya
karena tidak adanya biaya untuk membayar guru honorer sehingga dirangkap oleh
guru matapelajaran lainnya.[23]
Manfaat
pengorganisasian manajemen pendidikan meliputi:[24]
a.
Antara
bidang yang satu dengan bidang yang lain dapat diketahui batas-batasnya serta
dapat dirancang bagaimana antar bagian dapat melakukan kerjasama sehingga dapat
tercapai sinkronisasi tugas.
b.
Dengan
penugasan yang jelas terhadap orang-orangnya, masing-masing orang mengetahui
wewenag dang kewajibannya.
c.
Dengan
digambarkannya unit-unit kegiatan dalam struktur sebuah organisasi, dapat
diketahui hubungan vertikal dan horizontal, baik dalam jalur struktur maupun
jalur fungsional.
Proses
pengorganisasian: [25]
1. Pemerincian Pekerjaan
|
3. Penyatuan Pekerjaan
|
4. Koordinasi pekerjaan
|
5. Monitoring dan reorganisasi
|
2. Pembagian kerja
|
Gambar
1.4 Proses pengorganisasian
3.
Penggerakan Pendidikan Islam
Actuating merupakan
fungsi manajemen yang komplek dan merupakan ruang lingkup yang cukup luas serta
sangat berhubungan erat dengan sumber daya manusia yang pada akhirnya actuating
merupakan pusat sekitar aktivits-aktivitas manajemen. Penggerakan (actuating)
pada hakekatnya adalah menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien.[27]
Penggerakan/actuating merupakan kemampuan seseorang untuk
memberikan kegairahan, kegiatan, pengertian, sehingga orang lain mau mendukung
dan bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan organisasi/lembaga pendidikan
Islam sesuai dengan tugas yang
dibebankan kepadanya.[28]
Mereka
dapat digerakkan secara sukarela, dan dapat merasakan bahwa pekerjaan itu adalah
kewajibannya yang harus dikerjakan secara suka rela seperti pekerjaannya
sendiri. Dengan adanya rasa memiliki (sense of belonging), dan ikut
bertanggung jawab, mereka akan kecewa jika gagal, sebaliknya mereka merasa
bahagia jika tujuan berhasil dicapai. Jika perasaan mereka sudah demikian berarti
fungsi motivasi pemimpin berhasil. Fungsi actuating berhubungan erat
dengan sumber daya manusia, oleh karena itu seseorang pemimpin pendidikan Islam
dalam membina kerjasama, mengarahkan dan
mendorong kegairahan kerja para bawahannya perlu memahami faktor-faktor manusia
dan pelakunya.[29]
Pada
suatu lembaga pendidikan Islam, kepemimpinan efektif hendaknya memberikan arah
kepada usaha dari semua personil dalam mencapai tujuan lembaga pendidikan Islam.
Tanpa kepemimpinan atau bimbingan, hubungan antara tujuan perseorangan dengan
tujuan organisasi bisa kendur. Ini bisa membawa kepada situasi terhadap
orang-orang yang bekerja untuk mencapai tujuan pribadi mereka, sedang
organisasi tidak efektif dalam mencapai tujuan-tujuannya.[30] Dengan
demikian peranan pemimpin dalam menggerakkan suatu organisasi pendidikan adalah
memberikan bimbingan dan arahan yang sifatnya membangun dan menumbuhkan
kepercayaan diri pada pegawainya dengan sistem kepemimpinan yang demokrasi.
Dr.
Muhammad Munir di dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sekolah: Dasar-Dasar
dan Pelaksanaannya, mengatakan, “Penggerakan tidak hanya dengan kata-kata
yang manis atau sekedar basa-basi yang diucapkan kepada orang lain. Lebih dari
itu, penggerakan adalah pemahaman mendalam akan berbagai kemampuan,
kesanggupan, keadaan, motivasi, dan kebutuhan orang lain. Selanjunya menjadikan
semua faktor tersebut sebagai sarana penggerak mereka dalam bekerja secara
bersama-sama sebagai suatu kelompok. Sekaligus berupaya mewujudkan tujuan yang
sama di dalam situasi saling pengertian, saling kerja sama, saling kasih
sayang, dan saling mencintai”.[31] Maka
dari itu, peranan komunikasi sangat penting dalam mempengaruhi jiwa dan jalan
pikiran sesorang serta dalam memberi inspirasi.
Dengan
demikian peran kepala sekolah sebagai penggerak pendidikan di sekolah atau
madrasah seharusnya kepala sekolah mempunyai kompetensi dasar manajerial.
Kompetensi dasar manajerial meliputi:[32]
a.
Ketrampilan
teknis (Technical Skill) adalah ketrampilan yang berhubungan dengan
pengetahuan, metode, dan teknik-teknik tertentu dalam menyelesaikan suatu
tugas-tugas tertentu.
b.
Ketrampilan
Manusiawi (Human Skill) adalah ketrampilan yang menunjukan ketrampilan
seorang pemimpin didalam bekerja melalui orang lain secara efektif dan untuk
membina kerjasama.
c.
Ketrampilan
Konseptual (Conseptual) adalah kemampuan seorang pemimpin di dalam
berfikir, seperti menganalisis suatu masalah, memutuskan, dan memecahkan
masalah tersebut dengan baik. Sehingga untuk menerapkannya diperlukan pemahaman
yang utuh (secara totalitas) terhadap organisasinya.
Selain
ketrampilan-ketrampilan di atas yang perlu diperhatikan dalam menggerakkan
pendidikan sebagaimana yang telah dijelaskan di atas adalah bagaimana
memberikan motivasi kepada bawahannya. Dengan adanya motivasi tersebut seorang
manajer mendapatkan komitmen dari setiap orang yang terlibat dalam proses
kegiatan tersebut.
Mengingat
bahwa motivasi memiliki arti penting dalam menumbuhkan dan mempertinggi
semangat kerja, salah satu aktivitas manajemen adalah memberikan motivasi atau
proses pemberian kegairahan kerja pada setiap anggota organisasi agar ada
kerelaan dan semangat dalam melaksanakan tugas demi terciptanya tujuan
organisasi.[33]
Caranya dengan melakukan analis kebutuhan pada anggotannya.
Hal
ini dapat merujuk pada teori hierarki kebutuhan Maslow yang dapat digambarkan
pada priramida dibawah ini.
Selain hal di atas, dalam pencapaian tujuan organisasi tidak hanya
membutuhkan kompensi dari manajer tetapi juga membutuhkan suatu kerja sama yang
saling mendukung dan mempengaruhi yang terwujudnya prosesnya komunikasi.
Komunikasi merupakan unsur penting dalam menggerakkan organisasi, “Komunikasi
merupakan unsur yang pertama dari segenap organisasi.” Dalam konteks ini
komunikasi juga dapat dikatakan sebagai urat nadi pelaksanaan aktivitas
organisasi. Sebab, dengan menggunakan komunikasi, sangat memungkinkan
terjadinya koordinasi, perintah/instruksi, saran-saran, informasi, dan
sebagainya.[34]
Dengan demikian komunikasi merupakan komponen penting. Dalam hal
ini pimpinan harus mampu menyampaikan
gagasan secara jelas dalam penggerakan organisasi baik dalam bentuk tulisan
maupun lisan. Perlu adanya sikap keterbukaan agar tidak ada kesalahpahaman,
kecerdasan intelgensi maupun spiritual serta dalam memberikan instruksi tidak
bersifat mengancam. Sehingga proses komunikasi mampu memberikan motivasi dalam bekerja
dan hasilnya sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan oleh pendidikan Islam itu sendiri. Selain itu kepala sekolah harus
tegas dalam mengambil setiap keputusan dengan mempertimbangkan segala aspek
yang terkait dengan permasalahan tersebut. Dengan demikian penggerakan
organisasi tidak teromabng-ambing akibat ketidak tegasan pengambilan
keputusaan.
4.
Pengawasan Pendidikan Islam
Controling (pengawasan)
merupakan langkah penentu terhadap apa yang harus dilaksanakan, sekalligus
menilai dan memperbaiki, sehingga pelaksanannya sesuai dengan rencana, serta
terwujudnya secara efektif dan efisien.[35]
Controling (pengawasan)
adalah suatu usaha untuk meneliti kegiatan-kegiatan yang telah dan akan
dilaksanakan. Pengawasan berorientasi pada obyek yang dituju (pendidikan Islam)
dan merupakan alat untuk menyuruh orang bekerja menuju sasaran yang ingin
dicapai.[36]
Sedangkan menurut Kisbiyanto, pengawasan adalah usaha pimpinan untuk mengetahui
semua hal yang menyangkut pelaksanaan kerja, khususnya untuk mengetahui
kelancaran kerja para pegawai dalam melaksanakan tugas dalam mencapai tujuan.
Pengawasan kerja juga sering disebut control, penilaian, penilaikan, monitoring
atau supervisi.[37]
Jadi dapat disimpulakan bahwa pengawasan pendidikan Islam adalah
upaya mengamati dan mengukur suatu kegiatan yang mencangkup keseluruhan guna
mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya sehingga terlihat
efektif dan efisien.
Menurut Siagian (1983) fungsi pengawasan yaitu upaya penyesuaian
antara rencana yang telah disusun dengan pelaksanaan atau hasil yang benar-benar tercapai. Untuk
menngetahui hasil yang dicapai benar-benar sesuai dengan rencana yang telah
disusun diperlukan informasi tentang tingkat pencapaian hasil. Informasi ini
dapat diperoleh melalui komunikasi dengan bawahan, khususnya laporan dari
bawahan atau observasi langsung. Apabila hasil tidak sesuai dengan standar yang
ditentukan, pimpinan dapat meminta informasi tentang masalah yang dihadapi.
Dengan demikian tindakan perbaikan dapat disesuaikan dengan sumber masalah. Di samping
itu, untuk menghindari kesalahpahaman tentang arti, maksud dan tujuan
pengawasan antara pengawas dengan yang diawasi perlu dipelihara jalur
komunikasi yang efektif dan bernilai dalam arti bebas dari prasangka buruk dan
dilakukan secara berdayaguna dan berhasilguna.[38]
Tujuan pengawasan pendidikan Islam haruslah positif dan konstruktif, yaitu untuk
memperbaiki, mengurangi pemborosan waktu, uang, material, dan tenaga di lembaga
pendidikan Islam. Di samping itu, juga bertujuan untuk membentuk menegakkan
antara prosedur, program, standard dan peraturan ditaati, sehingga dapat
mencapai efisiensi lembaga pendidikan Islam yang setinggi-tingginya.[39]
Manfaat pengawasan meliputi :[40]
a.
Jalannya
pelaksanaan kerja dapat diketahui tingkat pencapaiannya sesuai tujuan.
b.
Mengetahui
apakah strategis, metode dan teknik yang telah diterapkan dalam perencanaan
sudah cocok dengan langkah-langkah pencapaiaan tujuan dan dengan resiko yang
sekecil-kecilnya.
Bentuk-bentuk pengawasan:[41]
a.
Pengawassan
melekat
Pengawasan melekat adalah serangkaian kegiatan yang bersifat
pengendalian yang terus menerus dilakukan langsung terhadap bawahannya secara
preventif dan represif agar pelaksanaan tugas bawahan dapat berjalan secara
efektif sesuai dengan rencana kegiatan.
b.
Pengawasan
fungsional
Pengawasan fungsional adalah setiap usaha yang dilakukan untuk
melakukan audit dan pemantauan secara bebas terhadap obyek yang diawasinnya.
Pengawasan fungsional mempunyai peran penting untuk membantu manajemen puncak
melakukan pengendalian organisasi dalam mencapai tujuannya.
1)
Pengawasan
internal
Pengawasan internal adalah suatu penilaian yang obyektif dan
sistematis oleh pengawas internal atas pelaksanaan dan pengendalian organisasi.
Pengawasan internal menekankan pada pemberian bantuan kepada manajemen dalam
mengidentifikasi sekaligus merekomendasikan masalah inefesiensi maupun potensi
kegagalan sistem dan program.
2)
Pengawasan
eksternal
Pengawasan yang dilakukan untuk meningkatkan kredibilitas
keberhasilan dan kemajuan organisasi. Pelaksanaan pengawasan eksternal
dilakukan dengan prinsip kemitraan (partnership) antara pengawas dengan
yang diawasi.
Beberapa kondisi yang harus diperhatikan agar pengawasan berfungsi
efektif: [42]
a)
Pengawasan
harus dikaitkan dengan tujuan dan kriteria yang akan dipergunakan dalam sistem
pendidikan, yaitu relevansi, efektifitas, dan produktivitas.
b)
Ditentukan
standar. Ada dua tujuan pokok yaitu: untuk memotivasi dan untuk dijadikan
patokan guna membandingkan dengan prestasi.
c)
Pengawasan
hendaknya disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi. Disini diperlukan
pola dan tata organisasi, seperti susunan, peraturan, kewenangandan tugas-tugas
yang telah digariskan dalam uraian tugas (jib description).
d)
Banyaknya
pengawasan harus dibatasi. Artinya jika pengawasan terhadap karyawan terlampau
sering, ada kecenderungan mereka kehilangan otonominya dan dapat dipersepsi
pengawasan itu sebagai pengekangan.
e)
Sistem
pengawasan harus dikemudi tanpa mengorbankan otonomi dan kehormatan manajerial
tetapi fleksibel, artinya sistem pengawasan menunjukkan kapan dan dimana
tindakan korektif harus diambil.
f)
Pengawasan
hendaknya mengacu pada tindakan perbaikan, tetapi penyediaan altenatif
perbaikan dan menentukan tindakan perbaikan.
g)
Pengawasan
hendaknya mengacu pada prosedur pemecahan masalah yaitu menemukan masalah,
menemukan penyebab, membuat rancangan penanggulangan, melakukan perbaikan,
mengecek hasil perbaikan, mencegah timbulnya masalah yang serupa.
Setelah proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasan telah berjalan maka tindakan lanjutannya adalah adanya evaluasi
manajemen pendidikan Islam. Evaluasi adalah pengukuran suatu proses atau
kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu.[43] Dalam
sistem pembelajaran evaluasi merupakan salah satu komponen penting untuk
mengetahui efektif dan efisien tidaknya
kegiatan yang telah dijalankan. Dengan adanya evalusi manajer mampu
menindaklanjuti suatu program tersebut dengan memperbaiki dan menyempurnakan program tersebut.
Pengawasan dalam pendidikan Islam merupakan pengawasan yang sangat
komplek, pengawasan material dan pengawasan spiritual, adanya keyakinan bahwa
kehidupan ini bukanlah dimonitor oleh seorang manajer ataupun
atasan saja, namun merasa langsung diawasi oleh Allah SWT.
Firman Allah SWT
Katakanlah: "Jikalau kamu menyembunyikan apa yang ada di dalam
hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah akan Mengetahuinya". Allah
mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi ini
dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(Q.S Ali Imran : 29)
Sistem pengawasan atau pengendalian dari sistem manajemen dalam
pendidikan Islam adalah tindakan
sistematis yang bisa menjamin bahwa aktivitas operasionalnya benar-benar
mengacu pada perencanaan yang sudah ada. Pengawasan ini bukan hanya berlangsung
ketika proses manajemen pendidikan Islam telah selesai. Akan tetapi pengawasan ini
senantiasa diberlakukan sejak menetukan perencanaan maupun melaksanakan proses
pengorganisasian itu. Hal ini merupakan bagian pengawasan langsung yang
senantiasa dilakukan kapanpun dan di manapun.
[2] Ibid.,
[4] Ibid.,
hlm. 27
[5] Ibid.,
hlm. 28
[6] Ibid.,
[7] Ibid.,
[8] Ibid.,hlm.
28-29
[10] Ibid.,
[11] Ibid.,
[12]
Kisbiyanto, Manajemen
Pendidikan: Pendekatan Teoritik dan
Praktik, (Yogyakarta: Ide Press Yogyakarta, 2011). Hlm. 3
[13] Marno dan
Triyatno Supriyatno, Manajemen dan
Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: Refika Aditama ,2008), hlm. 11
[15] Didin kurniadin.
Op.Cit. hlm. 176
[16] Sulistiyorini,
Op.Cit. hlm.29
[17] Kisbiyanto, Op.Cit.
hlm. 4
[19]
Ibid.,
[20] Ibid.,
[21] Ibid.,
[22] Ibid.,
[24] Kisbiyanto, Op.Cit.hlm.
4
[26] Hasil wawancara
Bapak Amirudin tanggal 27 Maret 2014 pukul 9.30
[28] Ibid.,
[29] Ibid.,
[31] Ibid., hlm.
32
[33] Didin Kurniadin,
Op.Cit. hlm. 335
[34] Didin
Kurniadin. Op.Cit. hlm. 353
[35] Sulistiyorini.
Op.Cit, hlm. 32
[36] Sulistiyorini.
Op.Cit, hlm hlm. 32
[38] Sulistiyorini.
Op.Cit., hlm. 32-33
[40] Kisbiyanto. Op.Cit.
hlm. 5
[42] Nanang Fatta.
Op.Cit. Hlm. 106-107
[43] Didin
Kurniadi, Op.Cit. hlm. 372
0 komentar :
Posting Komentar