Rabu, 03 Desember 2014


PROBLEM BASED LEARNING







                       Disusun oleh:
Novan Agfalla           (20090720003)
Affan Tristiantoko     (20090720009)
Sutarko                      (20090720012)
Akhid Nurrohman     (20090720016)
Arifianto                    (20090720030)


FAKULTAS AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2011
PENDAHULUAN
Problem Based Learning menjadi perbincangan yang cukup panas dikalangan pendidikan sejak beberapa tahun terakhir.Sekolah-sekolah dan kampus terbaik di Singapura misalnya, sudah cukup banyak yang menggunakan PBL.Begitu pula di Australia, Inggris, Belanda dan Amerika.Tentu saja dengan penekanan pendekatan yang berbeda. Kita yang di Indonesia, pastilah tidak serta merta bisa menerapkan 100% apa yang dilakukan oleh para pendidik di Negara maju tersebut. Ada banyak situasi kontekstual yang harus dipertimbangkan, seperti misalnya kebiasaan para pemelajar kita untuk pasif dalam belajar.Atau, jumlah pemelajar yang aada di setiap kelas, yang umumnya cukup banyak.Tetapi, itu tidak boleh menjadi penghalang kita memperoleh manfaat dari metode ini.
B.     PROBLEM BASED LEARNING
Salah satu metode yang banyak diadopsi untuk menunjang pen­dekatan pembelajaran learner "centered dan yang memberdayakan pe­melajar adalah metode Problem Based Learning (PBL). PBL memiliki ciri-ciri seperti (Tan, 2003; Wee & Kek, 2002); pembelajaran dimulai dengan pemberian 'masalah', biasanya 'masalah' memiliki konteks dengan dunia nyata, pemelajar secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, mem­pelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan 'masalah', dan melaporkan solusi dari `masalah'. Sementara pendidik lebih banyak memfasilitasi. Ketimbang memberikan kuliah, ia merancang sebuah skenario masalah, memberikan clue — indikasi-indikasi tentang cumber bacaan tambahan dan berbagai arahan dan saran yang diperlukan saat pemelajar menjalankan proses. Meskipun bukanlah pendekatan yangsama sekali barn, penerapan metode PBL mengalami kemajuan yang pesat di banyak perguruan tinggi dari berbagai disiplin ilmu di negara‑negara maju (Tan, 2003).
Sejak dipopulerkan di McMaster University Canada pada tahun 1970-an, metode PBL terus berkembang (Marinick, 2006). Akhir-akhir ini perkembangan itu semakin nyata terutama karena beberapa hal ber­ikut (Tan, 2004): adanya peningkatan tuntutan untuk menjembatam ke­senjangan antara teori dan praktik, aksesibilitas informasi dan ledakan pengetahuan, perlunya penekanan kompetensi dunia nyata dalam bela­jar, serta perkembangan dalam bidang pembelajaran, psikologi, dan pe­dagogi. Dari yang tadinya di fakultas kedokteran, PBL kini digunakan oleh banyak fakultas, mulai dari ekonomi dan bisnis, teknik, arsitektur, hukum, fakultas-fakultas social, dan banyak lagi.
Prinsip-prinsip metode PBL memang mendukung pemikiran di atas Donalds Woods (2000) menyebutkan PBL lebih dari sekadar lingkungan yang efektif untuk mempelajari pengetahuan tertentu. la dapat membantu pemelajar membangun kecakapan sepanjang hidupnya da­lam memecahkan masalah, kerja sama tim, dan berkomunikasi. Lynda Wee (2002) menyebutkan ciri proses PBL sangat menunjang pembangunan kecakapan mengatur dirt sendiri (self directed), kolaboratif, ber­pikir secara metakognitif, cakap menggali informasi, yang semuanya relatif perlu untuk dunia kerja. Apa yang disampaikan Woods dan Wee di atas menunjukkan PBL sejalan dengan gagasan di pendidikan tinggi kini yang seharusnya memberi penekanan partisipasi aktif pemelajar. Dengan demikian, cara-cara tradisional, seperti pemelajar banyak men­catat dari penyampaian dosen, kelulusan hanya dari ujian periodik, me­mang dapat dianggap cocok ketika dahulu buku jarang dan mahal untuk diperoleh.

C.    LANGKAH PROSES PBL
Proses PBL akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan (masalah, formulir pelengkap, clan lain-lain). Pemelajar pun harus sudah memahami prosesnya, dan telah membentuk kelompok-kelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok menjalankan proses yang wring dikenal dengan Proses 7 Langkah.

Langkah 1: Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
Memastikan setiap, anggota memahami berbagai istilah dan kon­sep yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakantahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara meman­dang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah.

Langkah 2: Merumuskan masalah
Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubung­an-hubungan apa yang terjadi di antara fenomena itu. Kadang-ka­dang ada hubungan yang, masih belum nyata antara fenomenanya.Atau ada yang sub-submasalah yang harus diperjelas dahulu.

Langkah 3: Menganalisis masalah
Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimi­liki anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas in­formasi faktual (yang tercantum pada masalah), dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota.Brainstorming (curah gagasan) dilakukan dalam tahap ini.Anggota kelompok mendapatkan ke­sempatan melatih bagaimana menjelaskan, melihat alternatif atau hipotesis yang terkait dengan masalah.

Langkah 4: Menata gagasan Anda dan secara sistematis meng­analisisnya dengan dalam
Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya sutu sama lain, dikelompokkan, mana yang saling menunjang , mana yang bertentangan dan sebagainya. Analisis adalah upaya memilah-milah sesuatu menjadi bagian-bagian yang membentuknya.

Langkah 5: Memformulasikan tujuan pembelajaran
Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelornpoksudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan manamasih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengananalisis masalah yang dibuat. Inilah yang akan menjadi dasar gagasan yang akan dibuat di laporan. Tujuan pembelajaran ini juga dibuat menjadi dasar penugasan-penugasan individu di setiap kelompok.

Langkah 6: Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok)
Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki. Dan sudah punya tujuan pembelajaran.Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan menentukan di mana hendak dicarinya.Mereka harus mengatur jadwal, menentukan sumber informasi.Setiap anggota harus mampu belajar sendiri dengan elektif untuk tahapan ini, agar mendapatkan informasi yang relebvan, seperti misalnya menentukan kata kunci dalam pemilihan, mcniperkirakan topik, penulis, publikasi dari sumber pembelajaran­.Pembelajar harus: memilih, meringkas sumber pembelajaran itu dengan kalimatnya sendiri (ingatkan mereka untuk tidak hanya memindahkankalimat dari sumber!)
Keaktifan setiap anggota harus terbukti dengna laporan yang harus disampaikan oleh setiap individu/sub kelompok yang bertanggung jawab atas setiap tujuan pembelajaran.Laporan ini harus disampaikan dan dibahas di pertemuan kelompok berikutnya.

Langkah 7: Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan.
Dari laporan-laporan individu/sub kelompok, yang dipresentasikan di hadapan anggota kelompok lain, kelompok akan mendapatkan informasi-informasi baru. Anggota yang mendengar laporan haruslah kritis tentang laporan yang disajikan (laporan diketik, dan diserahkan ke setiap anggota).Kadang-kadang laporan-laporan yang dibuat menghasilkan pertanyaan-pertanyaan baru yang harus di­sikapi oleh kelompok.
Pada langkah 7 ini kelompok sudah dapat membuat sintesis; menggabungkannya dan mengombinasikan hal-hal yang relevan.Sebagian bagus tidaknya aktivitas PBL kelompok, akan sangat ditentukan pada tahap ini (untuk kondisi kelas-kelas yang ada di Indonesia, umumnya proses ini harus terjadi di luar kelas).
Di tahap ini, keterampilan yang dibutuhkan adalah bagaimana meringkas, mendiskusikan, dan meninjau ulang hasil diskusi un­tuk nantinya disajikan dalam bentuk paper/makalah. Di sinilah kemampuan menulis (komunikasi tertulis) dan kemudian mem­presentasikan (komunikasi oral) sangat dibutuhkan dan sekaligus dikembangkan
Ketujuh langkah ini dapat berlangsung dalam beberapa pertemuan kelompok.Tergantung kondisi dan konteks yang ada pada setiap kelas, ada yang menjalankannya dengan 3 atau 4 pertemuan. Untuk tiga kali pertemuan, kira-kira pembagiannya seperti berikut:
Pertemuan I              (Langkah 1 - 5) di kelas, dengan difasilitasi pendidik.
Pertemuan II                    (Langkah 6 - 7) di luar kelas, pemelajar mandiri/berkelompok.
Pertemuan III        Presentasi laporan kelompok dan diskusi kelas.Sebe­lum diskusi didahului dengan pengklarifikasian peker­jaan pemelajar oleh pendidik.
D.    MANFAAT PBL
Smith (2005) yang khusus meneliti berbagai dimensi manfaat menemukan bahwa pemelajar akan:
1.      Menjadi lebih ingat dan meningkat pemahanannya atas materi ajar
Mengapa bisa lebih ingat dan paham?Kedua hal ini ada kaitannya.Kalau pengetahuan itu didapatkan lebih dekat dengan konteks praktiknya, maka kita akan lebih ingat. Inilah yang menjelaskan, mengapa kita, kalau berada di dekat ATM, selalu lebih mullah mengingat nomor PIN kita, ketimbang kita tidak berada di sekitar ATM. Pemahaman juga begitu. Dengan konteks yang dekat, dan sekaligus melakukan deep learning (karena banyak mengajukan pertanyaan menyelidik) bukan surface learning (yang sekadar ha­fal saja), maka pemelajar akan lebih memahami materi. Kita mem­butuhkan pemelajar yang seperti ini apa pun bidang yang mereka pelajari.
2.      Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan
Banyak kritik pada dunia pendidikan kita, bahwa apa yang diajar­kan di kelas-kelas sama sekali jauh dari apa yang terjadi di dunia praktik. PBL yang baik mencoba menutupi kesenjangan ini.Dengan kemampuan pendidik membangun masalah yang sarat dengan konteks praktik, pemelajar bisa "merasakan" lebih baik konteks operasinya di lapangan.
3.      Mendorong untuk berpikir
Dengan proses yang mendorong pemelajar untuk mempertanyakan, kritis, reflektif, maka manfaat ini bisa berpeluang terjadi. Pemela­jar dianjurkan untuk tidak terburu-buru menyimpulkan, mencoba menemukan landasan atas argumennya, dan fakta-fakta yang men­dukung alasan.Nalar pemelajar dilatih, dan kemampuan berpikir ditingkatkan. Tidak sekadar tahu, tapi juga dipikirkan
4.      Membangun kerja tim, kepemimpiann, da keterampilan social
Karena dikerjakan dalam kelompok-kelompok kecil, maka PBL yang baik dapat mendorong terjadinya pengembangan kecakapan kerja tim dan kecakapan social. Pemelajar diharapkan memahami perannya dalam kelompok, menerima pandangan orang lain, bisa memberikan pengertian bahkan untuk orang-orang yang barangkali tidak mereka senangi.Keterampilan yang sering disebut bagian dari “soft skill” ini, seperti juga hubungan interpersonal dapat mereka kembangkan.Dalam hal tertentu, pengalaman kepemimpinan juga dapat dirasakan. Mereka mempertimbangkan strategi, memutuskan dan persuasife dengan orang lain.
5.      Membangun kecakapan belajar (life-long learning skills)
Pemelajar perlu dibiasakan untuk mampu belajar terus-menerus.Ilmu, keterampilan yang mereka butuhkan nanti akan terus berkembang.,apa pun bidang pekerjaannya. Jadi mereka harus mengembangkan bagaimana kemampuan untuk belajar (learn how to learn). Bahkan dalam beberapa pilihan karier, seseorang harus sangat independen. Dengan struktur masalah yang agak mengambang, merumuskannya, serta dengan tuntutan mencari sendiri pengetahuan yang relevan akan melatih mereka untuk manfaat ini.
6.      Memotivasi pemelajar
Motivasi belajar pemelajar, terlepas dari apapun metode yang kita gunakan, selalu menjadi tantangan kita. Dengan PBL, kita punya peluang untuk membangkitkan minat dari dalam diri pemelajar, karena kita menciptakan maslah dengna konteks pekerjaan. Dengna masalah yang menantang, mereka walaupun tidak semua mereasa bergairah untuk menyelesaikannya.Tetapi tentu saja, sebagian dia antara mereka aka nada yang justru merasa kebingungan dan menjadi kehilangan minat.Disini perean pendidik menjadi sangan menentukan.
E.     PENILAIAN PBL
1.      Penilaian Pada Saat Pertemuan Pertama
(Menggunakan Dukungan Formulir Penilaian Pertemuan 1)
Pada dasarnya, penilaian yang dilakukan di sini, dilakukan bersa­maan dengan aktivitas memfasilitasi.Kita memastikan keaktifan peser­ta dengan mengamati mereka satu persatu.Sementara itu, keterlibatan peserta dengan masalah dapat kita pastikan dengan memberikan per­tanyaan-pertanyaan yang menggugah daya pikir mereka.
Sangat dianjurkan agar fasilitator/pendidik mengenali sam per sate nama dari setup anggota kelompok. Sebagian fasilitator, karena jumlahpeserta di kelas cukup banyak, sengaja meminta foto peserta. Memang gil nama peserta saat Anda memfasilitasi (sekaligus hingga melaksanakan aktivitas penilaian), membantu mencairkan suasana, dan dapat menjalin suasanan keterhubungan dengna peserta. Jarak atau batasan yang biasanya ada antara pendidik dan pemelajar dapat dikurangi dengna memanggil nama.

2.      Penilaian Saat Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilangusngkan di luar kelas, karena itu pendidik tidak bisa ikut terlibat (kecuali jika diputuskan Pertemuan Kedua ini berlangsung di dalam kelas juga, dengna asumsi sesi dan waktu yang tersedia dan materi Satuan Acara Perkuliahan bisa sesuai). Meskipun demikian, tetap saja proses penilaina atas berlangsunya Pertemuan Kedua tersebut dapat kita lakukan poada Pertemuan Ketiga.
3.      Penilaian Saat Pertemuan Ketiga
Mesekipunkita tidak mengikuti pertemuan kedua yang dilangsungkan diluar kelas, kita dapat memastikan apakah pertemuan itu dimanfaatkan secara maksimal oleh peserta dengan cara:
a.       Menanyakan aspek-aspek yang terkait dengna laporan individu/ subkelompok, seperti dimana mereka mendapatkan bahannya, seperti apa bahannya, siapa yang mengerjakan dan sebagainya
b.      Menanyakan aspek-aspek terkait yang seharusnya diketahui oleh rekannya yang lain, jika laporan individu ini dibahas dalam kelompok.
Laporan Tertulis
Laporan tertulis PBL, tetap dianjurkan untuk menjadi satu aspek penilaian dengna asumsi bahwa bagaimanapun kecakapan menulis penting bagi peserta.Beberapa kriteria yang dapat digunakan:
a.       Perumusan tujuan pembelajaran
b.      Sistematika penulisannya.
c.       Sejauh mana kebaruan informasi yang diperoleh oleh peserta
d.      Kreatifitas pemelajar
e.       Rasional atas strategi penyelesaian masalah
Presentasi
Beberapa kriteria yang umum dalam menilai presentasi kelompok:
a.       Kemampuan menjawab pertanyaan
b.      Kemampuan untuk membandingkan dan menganalissi berbagai solusi dan perspektif
c.       Kecakapan presentasi atau komunikasi
d.      Pengguanaan bahasa.



F.     KESIMPULAN
Beberapa langkah dalam proses Problem Based Learning:
1.      Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
2.      Merumuskan masalah
3.      Menganalisis masalah
4.      Menata gagasan Anda dan secara sistematis meng­analisisnya dengan dalam
5.      Memformulasikan tujuan pembelajaran
6.      Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok)
7.      Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan.
Beberapa manfaat yang didapatkan dari PBL:
a.       Menjadi lebih ingat dan meningkat pemahanannya atas materi ajar
b.      Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan
c.       Mendorong untuk berpikir
d.      Membangun kerja tim, kepemimpiann, da keterampilan social
e.       Membangun kecakapan belajar (life-long learning skills)
f.       Memotivasi pemelajar
Referensi

Amir, Taufiq, M. 2009.Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

0 komentar :

Posting Komentar