PROBLEM
BASED LEARNING
![]() |
|||
![]() |
|||
Disusun oleh:
Novan Agfalla (20090720003)
Affan
Tristiantoko (20090720009)
Sutarko (20090720012)
Akhid Nurrohman (20090720016)
Arifianto (20090720030)
FAKULTAS
AGAMA ISLAM
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2011
PENDAHULUAN
Problem
Based Learning menjadi perbincangan yang cukup panas dikalangan pendidikan
sejak beberapa tahun terakhir.Sekolah-sekolah dan kampus terbaik di Singapura
misalnya, sudah cukup banyak yang menggunakan PBL.Begitu pula di Australia,
Inggris, Belanda dan Amerika.Tentu saja dengan penekanan pendekatan yang
berbeda. Kita yang di Indonesia, pastilah tidak serta merta bisa menerapkan
100% apa yang dilakukan oleh para pendidik di Negara maju tersebut. Ada banyak
situasi kontekstual yang harus dipertimbangkan, seperti misalnya kebiasaan para
pemelajar kita untuk pasif dalam belajar.Atau, jumlah pemelajar yang aada di
setiap kelas, yang umumnya cukup banyak.Tetapi, itu tidak boleh menjadi
penghalang kita memperoleh manfaat dari metode ini.
B.
PROBLEM
BASED LEARNING
Salah satu metode yang banyak diadopsi untuk menunjang pendekatan pembelajaran learner "centered dan yang
memberdayakan pemelajar adalah
metode Problem Based Learning (PBL). PBL memiliki ciri-ciri seperti (Tan, 2003; Wee & Kek, 2002);
pembelajaran dimulai dengan pemberian
'masalah', biasanya 'masalah' memiliki konteks dengan dunia nyata, pemelajar secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan
mereka, mempelajari dan mencari sendiri
materi yang terkait dengan 'masalah', dan melaporkan
solusi dari `masalah'. Sementara pendidik lebih banyak memfasilitasi. Ketimbang
memberikan kuliah, ia merancang sebuah skenario
masalah, memberikan clue — indikasi-indikasi tentang cumber bacaan tambahan dan berbagai arahan dan saran yang
diperlukan saat pemelajar menjalankan proses. Meskipun
bukanlah pendekatan yangsama sekali barn, penerapan metode PBL mengalami
kemajuan yang pesat di banyak perguruan tinggi dari berbagai disiplin ilmu di
negara‑negara maju (Tan, 2003).
Sejak dipopulerkan di McMaster University Canada pada
tahun 1970-an, metode PBL terus berkembang (Marinick, 2006).
Akhir-akhir ini perkembangan itu semakin
nyata terutama karena beberapa hal berikut (Tan, 2004): adanya peningkatan
tuntutan untuk menjembatam kesenjangan antara teori dan praktik,
aksesibilitas informasi dan ledakan pengetahuan,
perlunya penekanan kompetensi dunia nyata dalam belajar, serta perkembangan dalam bidang pembelajaran,
psikologi, dan pedagogi. Dari yang tadinya di fakultas kedokteran, PBL kini
digunakan oleh banyak fakultas, mulai
dari ekonomi dan bisnis, teknik, arsitektur, hukum, fakultas-fakultas social, dan banyak lagi.
Prinsip-prinsip metode PBL memang mendukung pemikiran di
atas Donalds Woods (2000) menyebutkan PBL lebih dari sekadar
lingkungan yang efektif untuk mempelajari
pengetahuan tertentu. la dapat membantu
pemelajar membangun kecakapan sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerja sama tim, dan
berkomunikasi. Lynda Wee (2002)
menyebutkan ciri proses PBL sangat menunjang pembangunan kecakapan mengatur dirt sendiri (self directed), kolaboratif,
berpikir secara metakognitif, cakap menggali informasi, yang
semuanya relatif perlu untuk dunia
kerja. Apa yang disampaikan Woods dan Wee di
atas menunjukkan PBL sejalan dengan gagasan di pendidikan tinggi kini yang seharusnya memberi penekanan partisipasi aktif
pemelajar. Dengan demikian, cara-cara
tradisional, seperti pemelajar banyak mencatat
dari penyampaian dosen, kelulusan hanya dari ujian periodik, memang dapat dianggap cocok ketika dahulu buku jarang dan
mahal untuk diperoleh.
C.
LANGKAH
PROSES PBL
Proses
PBL akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala perangkat yang
diperlukan (masalah, formulir pelengkap, clan lain-lain). Pemelajar pun harus
sudah memahami prosesnya, dan telah membentuk kelompok-kelompok
kecil. Umumnya, setiap kelompok menjalankan proses yang wring dikenal
dengan Proses 7 Langkah.
Langkah 1: Mengklarifikasi istilah
dan konsep yang belum jelas
Memastikan setiap, anggota memahami berbagai istilah dan
konsep
yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakantahap yang membuat setiap peserta berangkat dari
cara memandang yang sama atas
istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah.
Langkah 2: Merumuskan masalah
Fenomena
yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi di antara fenomena itu. Kadang-kadang
ada hubungan yang, masih belum nyata antara fenomenanya.Atau ada
yang sub-submasalah yang harus diperjelas dahulu.
Langkah 3: Menganalisis masalah
Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah
dimiliki anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang
membahas informasi faktual (yang tercantum
pada masalah), dan juga informasi yang
ada dalam pikiran anggota.Brainstorming (curah gagasan) dilakukan dalam tahap ini.Anggota kelompok mendapatkan kesempatan melatih bagaimana menjelaskan, melihat
alternatif atau hipotesis yang terkait dengan masalah.
Langkah 4: Menata gagasan Anda dan
secara sistematis menganalisisnya dengan dalam
Bagian
yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya sutu sama lain, dikelompokkan,
mana yang saling menunjang , mana yang bertentangan dan sebagainya. Analisis
adalah upaya memilah-milah sesuatu menjadi bagian-bagian yang membentuknya.
Langkah 5: Memformulasikan tujuan
pembelajaran
Kelompok dapat
merumuskan tujuan pembelajaran karena kelornpoksudah tahu pengetahuan mana yang masih
kurang, dan manamasih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan
dengananalisis masalah yang dibuat. Inilah yang akan menjadi dasar gagasan yang
akan dibuat di laporan. Tujuan pembelajaran ini juga dibuat
menjadi dasar penugasan-penugasan individu di setiap kelompok.
Langkah 6:
Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok)
Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak
dimiliki. Dan sudah punya tujuan pembelajaran.Kini
saatnya mereka harus mencari informasi
tambahan itu, dan menentukan di mana hendak dicarinya.Mereka
harus mengatur jadwal, menentukan sumber informasi.Setiap anggota harus mampu
belajar sendiri dengan elektif untuk
tahapan ini, agar mendapatkan informasi yang relebvan, seperti misalnya menentukan kata kunci dalam pemilihan,
mcniperkirakan topik, penulis, publikasi dari sumber pembelajaran.Pembelajar harus: memilih, meringkas sumber pembelajaran
itu dengan kalimatnya sendiri (ingatkan
mereka untuk tidak hanya memindahkankalimat
dari sumber!)
Keaktifan setiap anggota harus terbukti dengna laporan
yang harus disampaikan oleh setiap individu/sub kelompok yang bertanggung jawab
atas setiap tujuan pembelajaran.Laporan ini harus disampaikan dan dibahas di
pertemuan kelompok berikutnya.
Langkah 7:
Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan.
Dari laporan-laporan individu/sub kelompok, yang
dipresentasikan di hadapan anggota kelompok lain, kelompok akan mendapatkan
informasi-informasi baru. Anggota yang mendengar laporan haruslah kritis
tentang laporan yang disajikan (laporan diketik, dan diserahkan ke setiap
anggota).Kadang-kadang laporan-laporan yang dibuat
menghasilkan pertanyaan-pertanyaan baru yang harus disikapi
oleh kelompok.
Pada langkah 7 ini kelompok sudah dapat membuat sintesis; menggabungkannya dan mengombinasikan hal-hal yang relevan.Sebagian bagus tidaknya aktivitas PBL kelompok, akan
sangat ditentukan pada tahap ini (untuk kondisi kelas-kelas yang
ada di Indonesia,
umumnya proses ini harus terjadi di luar kelas).
Di tahap ini, keterampilan yang dibutuhkan adalah
bagaimana meringkas, mendiskusikan, dan
meninjau ulang hasil diskusi untuk
nantinya disajikan dalam bentuk paper/makalah. Di sinilah kemampuan menulis (komunikasi tertulis) dan kemudian mempresentasikan
(komunikasi oral) sangat dibutuhkan dan sekaligus dikembangkan
Ketujuh
langkah ini dapat berlangsung dalam beberapa pertemuan kelompok.Tergantung kondisi dan konteks yang ada pada setiap kelas, ada yang menjalankannya dengan 3 atau 4 pertemuan.
Untuk tiga kali pertemuan, kira-kira pembagiannya seperti berikut:
Pertemuan I (Langkah
1 - 5) di kelas, dengan difasilitasi pendidik.
Pertemuan II (Langkah
6 - 7) di luar kelas, pemelajar mandiri/berkelompok.
Pertemuan III Presentasi laporan kelompok dan diskusi
kelas.Sebelum diskusi didahului dengan
pengklarifikasian pekerjaan pemelajar oleh pendidik.
D.
MANFAAT
PBL
Smith
(2005) yang khusus meneliti berbagai dimensi manfaat menemukan bahwa pemelajar
akan:
1.
Menjadi
lebih ingat dan meningkat pemahanannya atas materi ajar
Mengapa
bisa lebih ingat dan paham?Kedua hal ini ada kaitannya.Kalau pengetahuan itu
didapatkan lebih dekat dengan konteks praktiknya,
maka kita akan lebih ingat. Inilah yang menjelaskan, mengapa kita, kalau berada di dekat ATM, selalu
lebih mullah mengingat nomor PIN
kita, ketimbang kita tidak berada di sekitar ATM. Pemahaman juga begitu. Dengan konteks yang dekat, dan sekaligus melakukan deep learning (karena
banyak mengajukan pertanyaan
menyelidik) bukan surface learning (yang sekadar hafal saja), maka pemelajar akan lebih memahami
materi. Kita membutuhkan pemelajar
yang seperti ini apa pun bidang yang mereka pelajari.
2.
Meningkatkan
fokus pada pengetahuan yang relevan
Banyak kritik pada dunia pendidikan kita, bahwa apa yang
diajarkan di kelas-kelas sama sekali jauh dari apa yang terjadi di dunia praktik. PBL yang baik mencoba menutupi kesenjangan
ini.Dengan kemampuan pendidik membangun masalah yang sarat dengan
konteks praktik, pemelajar bisa "merasakan"
lebih baik konteks operasinya di lapangan.
3.
Mendorong
untuk berpikir
Dengan proses yang mendorong pemelajar untuk
mempertanyakan, kritis, reflektif,
maka manfaat ini bisa berpeluang terjadi. Pemelajar dianjurkan untuk tidak terburu-buru menyimpulkan, mencoba menemukan landasan atas argumennya, dan fakta-fakta yang
mendukung alasan.Nalar pemelajar dilatih, dan kemampuan
berpikir ditingkatkan. Tidak sekadar tahu, tapi juga dipikirkan
4.
Membangun
kerja tim, kepemimpiann, da keterampilan social
Karena
dikerjakan dalam kelompok-kelompok kecil, maka PBL yang baik dapat mendorong
terjadinya pengembangan kecakapan kerja tim dan kecakapan social. Pemelajar
diharapkan memahami perannya dalam kelompok, menerima pandangan orang lain,
bisa memberikan pengertian bahkan untuk orang-orang yang barangkali tidak
mereka senangi.Keterampilan yang sering disebut bagian dari “soft skill” ini,
seperti juga hubungan interpersonal dapat mereka kembangkan.Dalam hal tertentu,
pengalaman kepemimpinan juga dapat dirasakan. Mereka mempertimbangkan strategi,
memutuskan dan persuasife dengan orang lain.
5. Membangun
kecakapan belajar (life-long learning
skills)
Pemelajar perlu dibiasakan untuk mampu belajar
terus-menerus.Ilmu, keterampilan yang mereka
butuhkan nanti akan terus berkembang.,apa
pun bidang pekerjaannya. Jadi mereka harus mengembangkan bagaimana kemampuan untuk belajar (learn how to
learn). Bahkan dalam beberapa pilihan
karier, seseorang harus sangat independen.
Dengan struktur masalah yang agak mengambang, merumuskannya, serta dengan
tuntutan mencari sendiri pengetahuan yang relevan akan melatih mereka untuk
manfaat ini.
6. Memotivasi pemelajar
Motivasi belajar pemelajar, terlepas dari apapun
metode yang kita gunakan, selalu menjadi tantangan kita. Dengan PBL, kita punya
peluang untuk membangkitkan minat dari dalam diri pemelajar, karena kita
menciptakan maslah dengna konteks pekerjaan. Dengna masalah yang menantang,
mereka walaupun tidak semua mereasa bergairah untuk menyelesaikannya.Tetapi
tentu saja, sebagian dia antara mereka aka nada yang justru merasa kebingungan
dan menjadi kehilangan minat.Disini perean pendidik menjadi sangan menentukan.
E. PENILAIAN PBL
1.
Penilaian Pada Saat Pertemuan Pertama
(Menggunakan Dukungan Formulir Penilaian Pertemuan
1)
Pada dasarnya, penilaian yang dilakukan di sini,
dilakukan bersamaan dengan aktivitas
memfasilitasi.Kita memastikan keaktifan peserta dengan
mengamati mereka satu persatu.Sementara itu, keterlibatan peserta dengan
masalah dapat kita pastikan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
menggugah daya pikir mereka.
Sangat
dianjurkan agar fasilitator/pendidik mengenali sam per sate nama dari setup anggota
kelompok. Sebagian fasilitator, karena jumlahpeserta
di kelas cukup banyak, sengaja meminta foto peserta. Memang gil nama
peserta saat Anda memfasilitasi (sekaligus hingga melaksanakan aktivitas penilaian), membantu mencairkan suasana,
dan dapat menjalin suasanan keterhubungan dengna peserta. Jarak atau batasan
yang biasanya ada antara pendidik dan pemelajar dapat dikurangi dengna
memanggil nama.
2.
Penilaian Saat Pertemuan Kedua
Pertemuan
kedua dilangusngkan di luar kelas, karena itu pendidik tidak bisa ikut terlibat
(kecuali jika diputuskan Pertemuan Kedua ini berlangsung di dalam kelas juga,
dengna asumsi sesi dan waktu yang tersedia dan materi Satuan Acara Perkuliahan
bisa sesuai). Meskipun demikian, tetap saja proses penilaina atas berlangsunya
Pertemuan Kedua tersebut dapat kita lakukan poada Pertemuan Ketiga.
3.
Penilaian
Saat Pertemuan Ketiga
Mesekipunkita
tidak mengikuti pertemuan kedua yang dilangsungkan diluar kelas, kita dapat
memastikan apakah pertemuan itu dimanfaatkan secara maksimal oleh peserta
dengan cara:
a. Menanyakan
aspek-aspek yang terkait dengna laporan individu/ subkelompok, seperti dimana
mereka mendapatkan bahannya, seperti apa bahannya, siapa yang mengerjakan dan
sebagainya
b. Menanyakan
aspek-aspek terkait yang seharusnya diketahui oleh rekannya yang lain, jika
laporan individu ini dibahas dalam kelompok.
Laporan Tertulis
Laporan
tertulis PBL, tetap dianjurkan untuk menjadi satu aspek penilaian dengna asumsi
bahwa bagaimanapun kecakapan menulis penting bagi peserta.Beberapa kriteria
yang dapat digunakan:
a. Perumusan
tujuan pembelajaran
b. Sistematika
penulisannya.
c. Sejauh
mana kebaruan informasi yang diperoleh oleh peserta
d. Kreatifitas
pemelajar
e. Rasional
atas strategi penyelesaian masalah
Presentasi
Beberapa
kriteria yang umum dalam menilai presentasi kelompok:
a.
Kemampuan menjawab pertanyaan
b.
Kemampuan untuk membandingkan dan menganalissi berbagai solusi dan
perspektif
c.
Kecakapan presentasi atau komunikasi
d.
Pengguanaan bahasa.
F. KESIMPULAN
Beberapa langkah dalam proses Problem Based
Learning:
1. Mengklarifikasi
istilah dan konsep yang belum jelas
2. Merumuskan
masalah
3. Menganalisis
masalah
4. Menata
gagasan Anda dan secara sistematis menganalisisnya dengan dalam
5. Memformulasikan
tujuan pembelajaran
6. Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di
luar diskusi kelompok)
7. Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan
membuat laporan.
Beberapa
manfaat yang didapatkan dari PBL:
a. Menjadi
lebih ingat dan meningkat pemahanannya atas materi ajar
b. Meningkatkan
fokus pada pengetahuan yang relevan
c. Mendorong
untuk berpikir
d. Membangun
kerja tim, kepemimpiann, da keterampilan social
e. Membangun
kecakapan belajar (life-long learning
skills)
f.
Memotivasi pemelajar
Referensi
Amir, Taufiq,
M. 2009.Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Kencana
Prenada Media Group. Jakarta.
0 komentar :
Posting Komentar