HAKEKAT MANUSIA DAN
PENGEMBANGANNYA
OLEH
Kelompok 1
Andy Atma Negara
Susanto, Muflih Najib, Ahmad
Dahlan, Novan
Aulia Fahmi
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
MUHAMMAMDIYAH YOGYAKARTA
2009
LATAR
BELAKANG
Sasaran Pendidikan adalah manusia.
Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembngkan
potensi-potensi kemanusiannya. Manusia memiliki cirri khas yang secara
prinsipil berbeda dengan hewan. Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan
terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang disebut sifat hakikat manusia.
Diseut hakikat sifat manusia karenasecara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki
oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan.
Pemahaman pendidik terhadap sifat hakikat manusia akan
membentuk peta tentang karateristik manusia. Peta ini akan menjadi landasan
serta memberikan acuan baginya dalam bersikap, menyusun strategi, metode, dan
tehnik, serta memilih pendekatan dan orentasidalam merancangdan melaksanakan
komunikasitransaksionaldi dalam transaksi edukatif. Peta ini juga akan menjadi
landasan karena adanya perkembangan sains dan teknologi yang sangat pesat
dewasa ini, lebih-lebih pada masa mendatang.
SIFAT HAKIKAT MANUSIA
Sifat
hakikat manusia menjadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat antropologi.
Hal ini menjadi keharusan oleh karena pendidikan bukanlah soal sekedar praktek
melainkan praktek yang berlandasan dan bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan
pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normatife. Filosofis karena untuk
mendapatkan landasan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang bersifat
mendasar, sistematis, dan universal tentang hakikat manusia.
1.Pengertian Sifat Hakikat Manusia
diartikan sebagai cirri-ciri karateristik yang prinsipil yang membedakan
manusia dan hewan.
2. Wujud Sifat
Hakikat Manusia yaitu meliputi;
a) Kemampuan menyadari diri
b) Kemampuan
bereksistensi
c)
Pemilikan kata hati
d) Moral
e) Kemampuan
bertanggung jawab
f)
Rasa kebebasan
g) Kesediaan
melakukan kewajiban dan menyadari hak
h) Kemampuan menghayati kebahagiaan
A.Kemampuan menyadari diri
Kaum
Rasionalis menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adnya kemampuan
menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya
memiliki cirri khas atau karateristik.
B.Kemampuan bereksistensi
Dengan
keluar dari dirinya, dan dengan membuat jarak antara aku dengan dirinyasebagai
objek, lalu melihat objek itu sebagai sesuatu, berarti manusia itu dapat menembus
atau menerobos dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemampuan
menerobos ini bukan saja soal ruang, melainkan juga dengan waktu. Kemampuan
menempatkan diri dan menerobos inilah yang disebut kemampuan bereksistensi.
C.Kata hati
Kata hati atau conscieice of Man juga serung disebut dengan istilah hati
nurani, lubuk hati, pelita hati, dan sebagainya. Manusia memiliki pengertian
yang menyertai tentang ap yang akan, yang sedang, dan yang telah dibuatnya.
Bahkan mengerti juga akibatnya baik atau buruk bagi manusia sebagai manusia.
D.Moral
Jika kata hati dikatakan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan,
maka yang dimaksud dengan moral adlah perbuatan itu sendiri. Di sini masih
tampak bahwa masih ada jarak antar kata hati dengan moral. Artinya seseorang
yang telah memiliki kata hati yang tajam belum otomatis perbuatannya merupakan
realisasi dari kata hatinya itu. Untuk menjembatanijarak yang mengantarai
keduanya masih ada aspek yang diperlukan yaitu kemauan.
E.Tanggung jawab
Kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menuntut jawab,
merupakan pertanda dari sifat orang yang bertanggung jawab. Wujud bertanggung
jawab ada bermacam-macam, ada bertanggung jawab pada diri sendiri, masyarakat,
dan kepada Tuhan.
F.Rasa kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas tidak merasa terikat oleh sesuatu tetapi sesuai
denagn tuntutan kodrat manusia. Dalam pernyataan ini ada dua hal yang
kelihatannya saling bertentangan yaitu “rasa bebas” dan “sesuai dengan tuntutan
kodrat manusia” yang berarti ada ikatan.
G.Kewajiban dan Hak
Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai manifestasi dari
manusia sebagai mahluk sosial.Tak ada hak tanpa kewajiban. Jika seseorang
mempunyai hak untuk menuntut sesuatu maka tentu ada kewajiban yang harus
dipenuhi terlebih dahulu yang pada saat itu belum di penuhi. Dalam relitas
hidup sehari-hari umumnya hak diasosiasikan dengan sesuatu yang menyenangkan,
sedangkan kewajiban di pndang sebagai sesuatu beban. Benarkah kewajiban menjadi
beban bagi manusia ?. ternyata bukan beban melainkan suatu keniscayaan. Artunya
selama orang itu menyebut diriny manusia dan mau dipandang sebagai manusia,
maka kewajiban itu menjadi keniscayaan baginya.
H.Kemampuan menghayati kebahagiaan
Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia. Ambillah
missal tentang sebutan senang, gembira, baahagia, dan sejumlah istilah lain
yang mirip dengan itu. Sebagian orang mungkin menganggap bahwa seseorang yang
sedangmengalami rasa senang atau gembira itulah sedang mengalami kebahagiaan.
Maka kita bisa menyimpulkan bahwa kebahagiaan itu rupanya tdk terletak pada
keadaannya sendiri secara factual atuapun pada rangkaian prosesnya tetapi
terletak pada kesanggupannya menghayati semua itu dengan keheningan jiwa, dan
menundukan suatu hal di dalam rangkaian atau ikatan tiga hal yaitu : usah,
norma-norma dan takdir. Usaha adalah perjuangan yang terus menerus untuk
mengatasi masalah hidup. Selanjutnya usaha tersebut harus bertumpu ada
norma-norma dan kaidah-kaidah. Kemudian takdir merupakan rangkaian yang
terpisah dalam proses terjadinya kebahagiaan. Komponen takdir ini erat
bertalian dengan komponen usaha.
PENGEMBANGAN MANUSIA
Seperti telah berulangkali dikatakan sasaran pendidikan
adalah manusi sehingga
dengan sendirinya pengembangan manusia menjadi tugas pendidikan. Manusia lahir
telah dikarunia hakikatmanusia tetapi masih dalam potensi, belum teraktualisasi
menjadi wujud kenyataan atau aktualisasi. Dari kondisi potensi menjadi wujud
aktualisasi terdapat rentangan proses yang mengundang pendidikan untuk berperan
dalam nenberikan jasanya. Meskipun pendidikn pada dasarnya adalah baik tetapi
dalam pelaksanaannya mungkin saja bisa terjadi kesalahan yang lazimnya disebut
salah didik. Sehubung dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi,yaitu:
1.Pengembangan yang utuh
Tingkat keutuhan perkembangan hakikat manusia dinentukan oleh dua factor yaitu
kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas
pendidikan yang disediakan untuk member pelayanan atas perkembangannya.
2.
Pengembangan yang tidak utuhPengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses pengembangan jika ada unsur dimensi manusia yang terabaikan untuk ditangani. Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan tdk mantap, dan yang semacam ini disebut pengembangan patologis.
A. Manusia berpendidikan
Manusia
berpendidikan (educated man) banyak kali diartikan sebagai manusia yang
telah berkembang kemampuan intelektualnya karena pendidikan atau sekolah. Ada
yang mengatakan bahwa manusia itu adalah sejarah yang mempunyai masa lalu, masa
kini, dan cita-cita da masa depan. Oleh sebab itu manusia bukanlah suatu dictum
atau suatu titikyang telah menjadi dan telah sempurna, tetapi sesuati yang
terus manjadi.
Apakah sebenarnya
tujuan pendidikan itu ?. Dari persepsi kita mengenai konsep manusia,marilah
kita lihat beberapa rumusan tujuan pendidikan dari berbagai pakar.
1. John
Dewey, pakar pendidikan dari filosifi, merumuskan pendidikan secara pragmatis
ialah “education to promote growth”[1] yaitu proses
pendidikan ialah suatu proses untuk memperoleh kemampuan dan kebiasaan berpikir
sebagai suatu kegiatan yang inteligen atau yang ilmiah dalam memecahkan
berbagai masalah di dalam kehidupan. Denagan demikian tujuan pendidikan bukanlah
untuk mengumpulkan atau menguasai ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana
menggunakan ilmu pengetahuan itu untuk bertindak secera inteligen di dalam
memecahkan masalah-masalah kehidupan.2. Whitehead,menekankan tujuan pendidikan itu di dalam kaitannya dengan kehidupan. Dia mengatakan “there is only one subject matter fir education and that is life in all mani festation”[2] yaitu penguasaan ilmu pengetahuan bukan bertujuan demi untuk menguasai atau dimiliki secara verbalistis tetapi ditekankan kepada bagaimana pemanfaatanny untuk kehidupan .
3. Bagi seoranga pakar yang religious seperti Jasques Maritain berpendapat bahwa pengertian mengenai hakikat manusia akan melahirkan pengertian mangenai tujuan pendidikan. Dan selanjutnya tujuan pendidikan itu akan mengarahkan kemampuan-kemampuan di dalam diri peserta didik yang harus dikembangkan.
Dari rumusan-rumusan Dewey, Whitehead, Maritain dapat
disimpulkan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan berbagai kemampuan,
kebiasaan, ilmu pengetahuan, tingkah laku, yang diperlukan di kehidupan nya
B. Manusia Berbudaya
Seorang yang disebut berbudaya
adalah seorang yang menguasai dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya,
khususnya nilai-nilai etis dan moral yang hidup di dalam kebudayaan tersebut .
Seseorang dapat saja berpendidikan luas dan tinggi tetapi hidupnya tidak
bermoral. Dalam hal ini orang tersebut berpendidikan tapi tidak berbudaya.
Menurut peters, seorang terpelajar
adalah seorang yang “knowledgeable”. Seorang yang berpengetahuan luas (knowledgeable)
belum tentu seorang yang terpelajar oleh karena apa yang dilihatnyaperlu
ditransformasikan dalam apa yang diketahuinya mengenai keseluruhan kehidupan.
PENDIDIKAN INDONESIA Pendidikan yabg baik bukanlah pendidikan yang menyamaratakan manusia tetapi yang pertama-tama memberikan kesempatan kepada perkembangan manusia itu yang utuh yang kemudian dilengkapi dengan pengembangan kemampuan khususnya. Pendidikan umum atau juga berbentuk wajib belajar bagi semua warga Negara, barulah merupakan dasar pertama dan utama bagi pengembangan seorang manusia yang utuh. Rumusan pendidikan nasional antara lain :
1. Rumusan Ki Hajar Dewantara
Rumusan
pendidikan yang dirumuskan oleh Ki hajar Dewantara di dalam Taman Siswa dapat
kita lihat dengan jelas tergambar dalam asas-asas Taman Siswa yang di kenal
dengan Pancadharma yaitu kodrat alam, kemerdekaan, kebangsaan, kebudayaan, dan
kemanusiaan.
2. Rumusan M.Safei
Muhammad Safei
merumuskan tujuan pendidikan ialah menjadikan manusia Indonesia yang memiliki
seperangkat kelengkapan sikap sebagai berikut :
1. Sifat
kemanusiaan setinggi mungkin 2. Aktivitas yang besar
3. Kecakapan dalam meniru asli dan meniru bebas
4. Kecakapan untuk menciptakan sesuatu yang baru
5. Rasa tanggung jawab terhadap keselamatan Negara
6. Keyakinan demokrasi dalam kawajiban dan hak
7. Jasmani yang sehat dan kuat
8. Keuletan yg besar
9. Ketajaman berpikir serta logis
10. Perasan peka dan halus
Sifat-sifat yang
perlu dimiliki peserta didik tersebut ialah untuk menyiapkan peserta didik
memperoleh dua surge yaitu surge di dunia dan surge di akhirat.
Apabila kita
simak konsep pemikiran kedua tokoh peletak dasar pendidikan nasional, maka
keduanya memiliki berbagai persamaan yang mendasar. Yang pertama ialah tujuan
pendidikan bukanlah semata-mata untuk mengembangkan kemampuan intelaktual.
Kemampuan intelektual memang perlu tetapi bukan segala-galanya oleh karena
kemampuan intelektual yang telah dikembangkan tujuanny ialah untuk meningkatkan
taraf hidup peserta didik maupun masarakat. Yang kedua pendidikan tidak dapat
dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan yang terus berkembang merupakan
landasan pendidikan. Yang ketiga peranan pendidikan bukan hanya sekedar
penerima nilai-nilai kebudayaan tetapi juga sebagai unsur pengembang
kebudayaan. Dengan demikian kedua tokoh tersebut melihat pendidikan sebagai
suatu proses kehidupan yaitu untuk menolong diri sendiri dan meningkatkan
martabat masyarakat.
Membentuk Manusia Berpendidikan dan Berbudaya
Setelah kita
jajagi berbagai konsep yang pernah hidup di dalam dunia pendidikan nasional,
maka dapat kita rumuskan bahwa manusia Indonesia yang berpendidikan adalah
sekaligus manusia yang berbudaya. Oleh sebab itu praksis pendidikan nasional
haruslah memenuhi berbagai criteria sebagai berikut :
1. Praksis pendidikan nasional harus
dan perlu mengembangkan potensi intelektual manusia Indonesia secara umum.
2. Pendidikan nasional berperan dalam
mengembangkan potensi yang spesifik dari individu sesuai dengan potensi
kepribadiannya.
3. Pendidikan nasional harus dan perlu
mengembangkan sikap sopan santun dalam pergaulan bermasyarakat.
4. Praksis pendidikan di semua lembaga
pendidikan ialahmengembangkan manusia Indonesia yang bermoral dalam tingkah
laku.
5. Praksis pendidikan di semua jenis
dan jenjeng pendidikan harus dan perlu mengembangkan rasa kebangsaan
Indonesisa, rasa bangag menjadi orang Indonesia yang berbudaya kebangsaan
Indonesia.
[2] MANUSIA BERPENDIDIKAN DAN MANUSIA BERBUDAYA
Prof.Dr.H.A.R Tilaar,M.Sc.Ed
ALLAHUMMA LA SAHLA
ILLA MA JA’ALTAHU SYAHLAN WA
ANTA TAJ’ALUL HAZNA IDHA
SYI’TA SAHLA
0 komentar :
Posting Komentar