Selasa, 11 November 2014

Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Remaja
1.      Perkembangan Rasa Agama
Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, maka masa remaja menduduki tahap progresif. Dalam pembagian yang agak terurai masa remaja mencakup masa juvenlitas (adolescantium), pubertas dan nubilitas.
Perkembangan agama pada para remaja ditandai oleh beberapa factor perkembangan rohani dan jasmaninya. Perkembangan itu antara lain menurut W. Starbuck adalah:
a.       Pertumbuhan pikiran dan mental
Ide dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap agama mulai timbul.
b.      Perkembangan perasaan
Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja. Perasaan social, etis dan estesis mendorong remaja untuk menghayati perikehidupan yang terbiasa dalam lingkungannya. Didorong oleh perasaan ingin tahu dan perasaan supel, remaja lebih mudah terperosok ke arah tindakan yang negative.
c.       Pertimbangan social
Karena kehidupan duniawi lebih dipengaruhi kepentingan akan materi, maka para remaja lebih cenderung jiwanya untuk bersikap materialistis. Hasil penyidikan Ernest Harms terhadap 1789 remaja Amerika antara usia 18-29 tahun menunjukkan bahwa 70% pemikiran remaja ditujukan bagi kepentingan: keuangan, kesejahteraan, kebahagiaan, kehormatan diri dan masalah kesenangan pribadi lainnya. Sedangkan masalah akherat dan keagamaan hanya sekitar 3,6%, masalah social 5,8%.
d.      Perkembangan moral
Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha untuk mencari proteksi. Tipe moral yang juga terlihat pada para remaja juga mencakup:
Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa mengadakan kritik.
Self-direktive, takut terhadap agama atau moral berdasarkan pertimbangan pribadi.
Sub missive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan agama.
Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran terhadap ajaran agama dan moral.
Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan moral masyarakat.
e.       Sikap dan minat
Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung dari mempengaruhi mereka (besar kecilnya minat).
f.       Ibadah
Pandangan para remaja terhadap ajaran agama; ibadah dan masalah doa sebagaimana yang dikumpulkan oleh Ross dan Oscar Kupky menunjukkan:
1.      148 siswi dinyatakan bahwa 20 orang diantara mereka tidak pernah mempunyai pengalaman keagamaan sedangkan sisanya (128) mempunyai pengalaman keagamaan yang diantaranya secara alami (tidak melalui pengajaran resmi).
2.      31 orang diantara yang mendapat pengalaman keagamaan melalui proses alami itu mengungkapkan adanya perhatian mereka terhadap keajaiban yang menakjubkan di balik keindahan alam yang mereka nikmati.
Sikap Keagamaan Pada Orang Dewasa
            Charlotte Buchler melukiskan tiga masa perkembangan; periode prapubertas, periode pubertas dan periode adolesen dengan semboyan yang merupakan ungkapan batin mereka. Diperiode prapubertas oleh Charlotte Buchler dengan kata-kata;”Perasaan saya tidak enak, tetapi tidak tahu apa sebabnya”. Untuk periode pubertas dilukiskan sebagai berikut;”Saya ingin sesuatu, tetapi tidak tahu ingin apa?”. Adapun dalam periode adolesen, ia mengemukakan dengan kata-kata;”Saya hidup dan saya tahu untuk apa?”.
            Charlotte Buchler menggambarkan bahwa diusia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup. Dengan perkataan lain, orang dewasa sudah memahami nilai-nilai yang dipilihnya dan berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipilihnya. Orang dewasa sudah memiliki identitas yang jelas dan kepribadian yang mantap.
            Menurut H. Cart Watherington, diperiode adolesen ini pemilihan terhadap kehidupan mendapat perhatian yang tegas. Sekarang mereka mulai berpikir tentang tanggungjawab social moral, ekonomis dan keagamaan. Diusia dewasa biasanya seseorang sudah memiliki sifat kepribadian yang stabil.
            Pokok pemilihan nilai-nilai tersebut telah didasarkan atas pertimbangan pemikiran yang matang. Berdasarkan hal ini, maka sikap keberagamaan seorang diusia dewasa sulit untuk diubah. Jikapun terjadi perubahan mungkin prose itu terjadi setelah didasarkan atas pertimbangan yang matang. Sebaliknya jika seorang dewasa memilih nilai yang bersumber dari nilai-nilai nonagama, itupun akan dipertahankannya sebagai pandangan hidupnya. Kemungkinan ini member peluang bagi munculnya kecenderungan sikap yang anti agama, apabila menurut pertimbangan akan sehat (common sense) nya terdapat kelemahan-kelemahan tertentu dalam ajaran agama yang dipahaminya. Bahkan tidak jarang sikap anti agama seperti itu diperlihatkannya dalam bentuk sikap menindak hingga ketindakan memusuhi agama yang dimulainya mengikat dan bersifat dogmatis. Kenyataan seperti itu terlihat dari peristiwa sejarah gerakan yang dilancarakan Partai Komunis Indonesia (PKI) dimasa kejayaannya.
            Beragama bagi orang dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan. Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap keberagamaan pada orang dewasa antara lain memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1.      Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan penilaian yang matang bukan sekedar ikut-ikutan.
2.      Cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
3.      Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
4.      Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.
5.      Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
6.      Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani.
7.      Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.
8.      Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan kehidupan social, sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi social keagamaan sudah berkembang.


0 komentar :

Posting Komentar