Guru dalam Pendidikan Islam
Guru adalah pendidik yang memberikan pelajaran kepada murid.
Sehingga pendidik pula yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik.
Islam mendudukkan guru pada martabat yang tinggi, setingkat di bawah kedudukan
nabi dan rasul dengan alasan bahwa guru selalu terkait dengan ilmu
(pengetahuan), sedangkan Islam sangat menghargai pengetahuan. Sedangkan, ilmu
(pengetahuan) semuannya itu bersumber dari Tuhan. Dengan demikian guru
mempunyai tanggung jawab yang besar yaitu tidak hanya mengajar tetapi juga
memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan, dan
lain-lain. Hasil akhirnya dapat memberikan pengaruh positif bagi pendewasaan
anak.[1]
Hal ini terlebih pada usia sekolah menengah pertama, siswa memasuki masa remaja
sehingga memerlukan pendampingan yang lebih ekstra agar tidak terjebak dalam
perilaku yang menyimpang.
Menurut Ag. Soejono, tugas pendidik adalah Wajib menemukan
pembawaan yang ada pada anak-anak didik dengan berbagai cara seperti observasi,
wawancara, melalui pergaulan, angket, dan sebagainya. Sehingga dalam hal ini
guru berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan menekan
pembawaan yang buruk agar tidak berkembang. Selain itu guru bertugas untuk
memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara memperkenalkan
berbagai bidang keahlian, ketrampilan, agar anak didik memilihnya dengan tepat.
Kemudian mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mnegetahui perkembangan anak
didik berjalan dengan baik atau belum. Terakhir memberikan bimbingan dari
penyuluhan tatkala anak didik menemui kesulitan dalam mengembangkan potensinya.
[2]
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tugas guru dalam Islam adalah mendidik
muridnya dengan cara mengajar dan dengan cara-cara lainnya menuju tercapainya
perkembangan maksimal sesuai dengan nilai-nilai Islam.[3]
Dengan demikian. Peran guru Pendidikan Agama Islam di sekolah sangat penting
yaitu menginternalisasikan (mengembangkan dalam pribadi) nilai-nilai islami,
mengembangkan anak didik agar mampu mengamalkan nilai-nilai itu secara dinamis
dan fleksibel dalam batas-batas konfigurasi idealitas wahyu Tuhan.
0 komentar :
Posting Komentar