Selasa, 09 Desember 2014

Sakitnya Tu di hati (Curhatku 4) 


Cerita cinta adalah hal biasa 
namun terkadang menjadi sangat luar biasa
mengandung teka-teki 
tanda tanya bagi yang menjalaninya
tentang sikap yang harus ditunjukkan pada dunia 

senyum  dan tawa adalah hiasan dalam cinta
yang pantas untuk disyukurinya 
sebagai motivasi untuk terus melangkah maju 
menuju ridho-Nya 
dan tetapkan langkah ke depannya

Hari-hari tlah habis untuk perjuangkan cinta
Banyak pengorbanaan yang tlah dilakukan untuk perjuangkan cinta
Namun terkadang tak ada nilai dihadapannya
sesuatu yang besar terkadang tak bernilai
apa lagi  yang kecil tiada guna lagi
Apakah itu yang dinamakan cinta??
Kini 
yang tersisa hanyalah ratapan air mata

Bukankah cinta adalah tempat saling berbagi ?
Tempat saling belajar menghargai?

Itulah kata hati yang slalu membayangiku..
menemani mimpiku

Tanda tanya biarlah menjadi tanda tanya 
Perjalanan inilah yang akan menjawab 
tantangan inilah yang akan memberikan arti dan makna 
ke depannya

Teman 
walau tlah menjalani hidup bersama dengan tangis dan tawa..
Jangan khawatir teman.....
semua itu akan melatih kesabaranmu
menjadikan kekuatan batinmu


Memang memperjuangkan cinta itu berat
Ikhlas menjalani sumber kekuatannya
Mengharap ridho-Nya adalah kata kuncinya
Parcaya kelak kebahagian akan menghampirimu.

Keep your spirits


Terkait :






Senin, 08 Desember 2014

Kenapa pedagogi soft skill diperlukan ?


Mendidik anak-anak bukanlah mirip paku yang ditancapkan, dipaksa untuk masuk sampai ke dalam, namun seperti menggemburkan tanah yang keras'.

Jawabannya : bahwa menghasilkan soft skills anak-anak juga butuh ketrampilan. Guru, dosen, orang tua mesti sadar bahwa character building anak-anak dibangun melalui metode yang benar. Dia digunakan tidak hanya satu model pada satu anak didik saja, namun pendekatan akan menjadi sukses ketika karakter dasar anak juga dipahami oleh pendidik.

Begitu beragamnya karakter dasar anak didik, maka pendekatan kepada mereka beragam pula. namun norma dan tata cara utama mesti dimiliki untuk memenuhi segala aspek membangun karakter.

Setelah pendidik memahami pengetahuan (knowledge) tentang soft skills maka fase selanjutnya adalah memperbaiki sikap (attitude), dan seterusnya dapat merubah praktek yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari (practice).

Dengan demikian  sangat pentingnya pedagogi soft skills bagi guru dalam mencetak generasi muda yang berintelektual tinggi dan bermental sehat.

Sedangkan sebagai alat ukur keberhasilan pembelajaran tersebut adalah menjadikan proses pendidikan menjadi bermakna ..

Sudahkan kita melakukan itu?????



Referensi : Elfindri, dkk. Soft skill untuk pendidik. (Banduose media: 2011),hlm. 7-11
Kisah Kedasyatan Seorang Guru 




Semenjak 20 tahun terakhir seorang penyedia bimbingan matematika, telah menghasilkan hasil kerja yang menakjubkan. Dia adalah ibu En, kegiatan bimbingan belajar dilakukan oleh beliau di rumah sendiri yang berlokasi di kota Padang. 

Anak saya penulis pertama adalah salah satu yang merasakan, diantara ribuan alumninya yang sekarang sedang dan sudah menyelesaikan pendidikan pada universitas ternama di Indonesia. 

Beliau   mengajar  yang menyebabkan anak didik merasa enjoy  dan menjadikan pelajaran matematika mengasyikkan. Dilakukan beliau selain menguasai bahan, metode pengajaran yang santai serta komunikatif dengan anak didik. Tidak jarang anak didik beliau memperoleh nilai sempurna pada akhir tahun atau memasuki perguruan tinggi yang baik .

Kata kuncinya pedagogi guru dan penguasaan materi menjadi salah satu kunci yang menjelaskannya. 
Sebalikknya banyak guru yang sama sekali tidak sanggup menggugah anak didiknya sehingga bisa menghasilkan penyerapan materi ajar yang kurang berkembang dan tidak memuaskan.



Referensi : Elfindri,dkk. Soft Skills untuk Pendidik, (Banduose: 2011), hlm. 7 

Kamis, 04 Desember 2014





Gua Pindul
Gua Pindul adalah objek wisata berupa gua yang terletak di DesaBejiharjo, Kecamatan KarangmojoKabupaten Gunungkidul.Gua Pindul dikenal karena cara menyusuri gua yang dilakukan dengan menaiki banpelampung di atas aliran sungai bawah tanah di dalam gua, kegiatan ini dikenal dengan istilah cave tubing. Aliran sungai bawah tanah dimulai dari mulut gua sampai bagian akhir gua, di dalam gua terdapat bagian sempit yang hanya bisa dilewati satu ban pelampung, sehingga biasanya wisatawan akan bergantian satu per satu untuk melewati bagian ini.Panjang gua Pindul adalah 350 meter dengan lebar 5 meter dan jarak permukaan air dengan atap gua 4 meter. Penelusuran gua Pindul memakan waktu kurang lebih selama satu jam yang berakhir pada sebuah dam.Aliran sungai yang berada di dalam Gua Pindul berasal dari mata air Gedong Tujuh. Obyek wisata Gua Pindul diresmikan pada10 Oktober 2010
Di sana ada paket wisata... nya..!!!! ayo LIBURAN KE GUA PINDUL 










Submit your website to 20 Search Engines - FREE with ineedhits!

Ini Kapal Perang Indonesia yang Siap Tenggelamkan Kapal Pencuri Ikan




Batam - KRI Barakuda-633 dan KRI Todak-631 bergerak meninggalkan pelabuhan Batam. Kedua kapal itu akan patroli, dan siap menembak serta menenggelamkan kapal ikan asing yang mencuri di perairan Indonesia.

Puluhan wartawan dari berbagai media, termasuk detikcom tiba di pelabuhan Batam, Kamis (4/12/2014). Semua kemudian masuk berpencar ke KRI Barakuda-633 dan KRI Todak-631yang bersandar di lokasi.

"Saya mewakili Komandan KRI Barakuda mengucapkan selamat datang," ucap Perwira Pelaksana Lettu Laut (E) Rouli Jonathan kepada wartawan di atas kapal.

Para prajurit KRI Barakuda dan KRI Todak kemudian memandu para wartawan untuk pembagian kamar, dan memberi tahu berbagai lokasi di kapal. Tak lama, kedua kapal itu pun menaikkan jangkar untuk kemudian berpatroli.

"Persiapan kapal akan berlayar dan bertempur," demikian terdengar suara dari pengeras suara. Pluit panjang pukul 15.30 WIB kemudian menjadi penanda KRI Barakuda-633 dan KRI Todak-631 berangkat patroli.

Kedua kapal tersebut akan berpatroli di daerah kepulauan Riau, tepatnya ke daerah Pulau Tarempa. Dari Batam menuju ke lokasi ini diperkirakan memakan waktu sekitar 12 jam.

KRI Barakuda-633 yang dikomandani Mayor Laut (P) Saryanto ini berukuran besar. Tepatnya panjang 58,10 meter, lebar 7,62 meter dan tinggi 23,10 meter. Kapal cepat ini daya jelajah maksimalnya hingga 28 knot.

KRI Barakuda-633 yang dibuat di Galangan Kapal PT. PAL Indonesia ini juga dilengkapi persenjataan canggih. Yakni, 1 meriam kaliber 40 mm dan 2 buah meriam kaliber 20 mm. Di bagian atasnya juga terdapat landasan helikopter.

Terkait patroli, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti merasa miris dengan banyaknya ikan di perairan Indonesia yang dicuri kapal-kapal Asing. Ia dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemudian sepakat tegas memerintahkan agar kapal asing pencuri ditembak dan ditenggelamkan.

Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Marsetio dan jajarannya pun mengaku siap menembak dan menenggelamkan kapal asing yang mencuri di perairan Indonesia. Katanya, tak ada kompromi bagi pelecehan kedaulatan negara.

"Kita harus berkomitmen bahwa tidak ada kompromi dengan pelanggaran hukum, apalagi berkolaborasi. Bila menyangkut kedaulatan negara dan kewibawaan bangsa sudah diganggu, tidak ada tawar menawar lagi. Kita harus berani serta tegas menghadapinya," kata Marsetio.

sumber : http://news.detik.com/read/2014/12/04/165739/2768046/10/2/ini-kapal-perang-indonesia-yang-siap-tenggelamkan-kapal-pencuri-ikan 

Rabu, 03 Desember 2014

Benarkah Media Sosial Malah Merusak Persahabatan?
KOMPAS.com - Media sosial saat ini sudah begitu melekat dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan asmara, pertemanan, hubungan anak dan orang tua, pekerjaan, hingga kebiasaan berkomunikasi sangat sekarang ini umumnya berkaitan dengan aktivitas di media sosial.
Nah, pertanyaannya, apakah media sosial bisa merusak persahabatan yang sesungguhnya?
Menurut Jennifer Golbeck PhD, ilmuwan komputer dan profesor dari University of Maryland, Amerika Serikat, meski berkomunikasi secara online, persahabatan tetaplah persahabatan. Media sosial tidak berpengaruh pada kualitas persahabatan seseorang, justru semestinya makin erat.

Saat ini memang banyak penduduk dunia yang menghabiskan banyak waktu di media sosial. Kalangan muda, kata Golbeck, menggunakan lebih banyak media sosial dibandingkan kalangan usia lainnya.
Namun, kalau Anda perhatikan, saat akhir pekan kafe, pusat pebelanjaan, dan pertunjukan musik masih ramai dikunjungi oleh orang.

"Berarti mitos bahwa kalangan muda meninggalkan interaksi sosial berupa tatap muka ketimbang duduk sendirian di dalam kamar, tenggelam di depan layar komputer adalah salah besar," ujar Golbeck.

Pada dasarnya, hubungan sosial yang erat dibangun dengan beberapa cara, seperti menghabiskan waktu bersama, menceritakan rahasia, saling membantu, dan membagi pengalaman emosional. Nah, interaksi secara online dapat memudahkan waktu untuk berkomunikasi dengan teman, misalnya memberi komentar, memberi "like" dan memberikan saran.

"Media sosial juga adalah cara yang bagus untuk membagi cerita. Dengan kata lain, interaksi melalui media sosial online dapat membantu menguatkan hubungan offline secara aktif dalam banyak cara. Media sosial juga membantu menjaga hubungan yang terpisah jarak," jelas Golbeck.

Kesimpulannya, media sosial memang sangat bermanfaat dalam kehidupan sosial kita. Namun, menjaga hubungan secara langsung juga tidak kalah pentingnya. Jadi, sebaiknya Anda menyeimbangkan penggunaan media sosial dengan bertemu langsung dengan teman-teman.

Sumber :

Penulis :
Sakina Rakhma Diah Setiawan
Editor :
Syafrina Syaaf
ISIS Rilis Senapan Sepanjang 3 Meter yang Dapat Menembus Tank


Senjata terbaru ISIS yang dimodifikasi sepanjang 3 meter yang dapat menembus tank

KOMPAS.com - Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) memublikasikan senjata terbaru mereka. Senjata itu diperuntukan bagi penembak jitu dibuat dengan ukuran besar dengan panjang mencapai 10 kaki atau lebih dari 3 meter.

Senjata tersebut sangat besar untuk ukuran senapan hingga harus ditopang oleh dua tripod. Senjata yang diduga hasil modifikasi itu dapat memuntahkan peluru tiga kali lebih besar dari peluru dari senapan biasa.

ISIS memublikasikan senjata terbaru itu dengan gambar seorang anggotanya sedang mengarahkan sasaran ke luar jendela di sebuah kamar.

Senapan yang cukup mengerikan itu menggunakan peluru dengan kaliber 23mm, lebih besar dari ukuran senapan biasa pada umumnya.

Meski begitu, dampak dari tembakan yang dikeluarkan dari senapan tersebut masih diperdebatkan, kata ahli persenjataan David Dyson seperti dikutip Daily Mail.

"Masalahnya ketika mengidentifikasi dampak dari peluru yang ditembakkan dari senapan itu harus kita ketahui dulu kaliber apa yang digunakan, meski pastinya ada maksud membuat senapan sepanjang itu. Kemudian, senapan itu dibuat dengan bahan-bahan apa, apakah menggunakan mesin atau bagaimana?" kata Dyson.

Dyson menambahkan, dampak dari tembakan dari senapan itu juga tergantung dari tipe dari amunisi yang digunakan. Peluru yang digunakan dikatakan menggunakan kaliber 23 mm yang dilengkapi dengan peledak dengan daya ledak tinggi dan dilapisi oleh proyektil berlapis baja. Peluru jenis itu sangat efektif untuk menembus tubuh orang hingga kendaraan dan tank dari baja ringan, urai Dyson.

Gambar tersebut ditunjukkan setelah ada konvoi dari kelompok Al-Qaeda, Nusra Front. Mereka berkeliling di sebuah desa dan menyebut sudah menangkap pemberontak Suriah.

Ingat Waktu Kecil

Ada dua orang teman yang sedang reuni di kampung mereka dulu. Mereka sedang mengenang masa lalu.

Topan: "Ingat ga kamu waktu kita kecil dulu?"
Jamal: "Emang kenapa, Pan?" Tanya Jamal heran.
Topan: "Kita pernah naik angkot bareng, duduk bersebelahan. Tiba-tiba kamu keluarin kepala dari jendela dan aku keluarin pantat, dan orang yang lihat kita, bilang kita kembar."


Sumber: http://www.ketawa.com/2014/12/10792-ingat-waktu-kecil.html#ixzz3KqV7ZDUs

Bayi Tak Perlu Tidur dengan Bantal dan Selimut


KOMPAS.com – Sindrom kematian bayi mendadak (sudden infant death syndrome/SIDS) harus diwaspadai semua orangtua. Meski penyebab SIDS belum diketahui, para orangtua sebaiknya memperhatikan posisi tidur pada bayi, tetapi juga tempat tidurnya.
Berdasarkan hasil studi American Academy of Pediatri (APP), setengah dari bayi di Amerika Serikat masih tidur dengan tempat tidur yang berisiko SIDS. Para ahli dari National Infant Sleep Position Study meneliti sejumlah tempat tidur yang dipilih oleh orangtua sejak tahun1993-2010.
Banyak dari mereka yang menidurkan bayi di tempat tidur yang dipenuhi selimut dan bantal. Adanya selimut yang lebar dan juga bantal dikhawatirkan dapat menutup wajah bayi sehingga kesulitan bernapas. Hal ini sering terjadi ketika bayi menggerakkan kakinya yang menyebabkan selimut menutupi wajah dan dikhawatirkan menyebabkan bayi mati lemas.
AAP menyarankan orangtua menempatkan bayi mereka tidur di atas kasur tanpa selimut dan bantal, termasuk boneka dan mainan bayi lainnya. Ini bukan berarti membiarkan bayi tidur tanpa selimut dan kedinginan di malam hari tetapi mengenakan kantong tidur yang bisa menghangatkan tubuh bayi.

Kantong tidur bayi ini biasanya berupa pakaian panjang yang menutupi seluruh bagian tubuh, termasuk tangan dan kaki. Pakaian ini lebih aman karena tidak akan menutupi wajah ketika bayi bergerak-gerak.

Sebuah situs badan amal di Inggris, The Lullaby Trust, menuliskan bahwa bantal telah terbukti meningkatkan risiko SIDS hingga 2,5 kali lipat. Dalam situs itu juga disarankan keranjang bayi tanpa dilengkapi dengan bumper cot atau bantalan untuk melapisi dinding keranjang bayi.
Tempat tidur sederhana yang polos akan lebih aman untuk bayi. Adapun penggunaan tempat tidur yang berisiko SIDS umumnya dilakukan oleh orangtua yang masih remaja.

AAP mengatakan, para orangtua baru harus terus disosialisasikan mengenai risiko SIDS terkait tempat tidur bayi. SIDS umumnya terjadi pada bayi berusia di bawah satu tahun.
Letakkan bayi dalam posisi badan telentang dan awasi pergerakannnya. Jangan membawa bayi Anda tidur di sofa atau kursi. Hal ini bisa berbahaya jika Anda ikut tertidur. Sama halnya untuk tidak menyusui bayi saat Anda mengantuk.
 Selain itu, jauhkan bayi dari asap rokok dan polusi.  Jika Anda merokok, jangan tidur di kasur yang sama dengan bayi Anda. Pada enam bulan pertama, bayi memang sebaiknya  ditempatkan pada keranjang tidur terpisah yang letaknya masih dalam satu kamar dengan Anda.
Referensi from 
http://health.kompas.com/read/2014/12/03/153700323/Bayi.Tak.Perlu.Tidur.dengan.Bantal.dan.Selimut.
MASTERI LEARNING / PEMBELAJARAN TUNTAS



Pengertian
Metode pembelajaran : cara untuk mempermudah peserta didik mencapai kompetensi tertentu. (Winarno Surahmad, 1982)
Pembelajaran tuntas : pendekatan dalam pembelajaran yang mensyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh SK maupun KD pada mata pelajaran tertentu.
Belajar tuntas (Mastery Learning) adalah pencapaian penguasaan minimal yang ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan maupun kelompok, dengan kata lain apa yang dipelajari siswa dapat dikuasai sepenuhnya.
Menurut Permendiknas RI
no. 41 Tahun 2007  tentang Standar Proses

Standar Kompetensi (SK) : kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran

kompetensi Dasar (KD) : Sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran
Strategi Pembelajaran Ketuntasan
 pada dasarnya menggunakan pendekatan klasikal / individual, tetapi dalam pelaksanaannya memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi masing-masing secara optimal.
Langkah-langkahnya :
  1. Mengidentifikasi prasyarat
  2. Membuat tes untuk mengukur perkembangan dan pencapaian kompetensi
  3. Mengukur pencapaian kompetensi peserta didik
1. PEMBELAJARAN INDIVIDUAL
2. PEMBELAJARAN DENGAN TEMAN
3. BEKERJA DALAM KELOMPOK KECIL
Disamping itu juga mengandalkan pendekatan tutorial dengan mengoptimalkan sesion-sesion kecil, tutorial orang perorang, pembelajaran terprogram, bubu-buku kerja, pearmainan, dan pembelajaran berbasisi komputer. ( Kindsvatter, 1996 )
B. Peran Guru
            Peran dan tanggung jawab guru dalam mendorong         keberhasilan peserta didik secara individu sangat             diperlukan. Keller, lebih menekankan pada interaksi      antara peserta didik dengan materi / obyek belajar.
  1. Menjabarkan / memecahkan kompetensi dasar kedalam satuan unit yang lebih kecil dengan memperhatikan pengetahuan prasyarat
  2. Mengembangkan indikator berdasarkan SK dan KD
  3. Menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk yang bervariasi
  4. Memonitor seluruh pekerjaan peserta didik
  5. Menilai perkembangan peserta didik dalam mencapai kompetensi
  6. Menggunakan teknik diagnostik
  7. Menyediakan alternatif strategi pembelajaran bagi peserta didik yang kesulitan
C. Peran Peserta Didik        
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memiliki pendekatan berbasis kompetensi yang sangat menjunjung tinggi dan menempatkan peserta didik sebagai subyek. Fokus program pembelajajarannya adalah peserta didik dan apa yang akan dikerjakannya.
  1. Peserta didik diberikan kebebasan dalam menentukan jumlah waktu belajar yang diperlukan.
  2. Peserta didik diberikan kebebasan dalam menetapkan kecepatan dalam mencapai kompetensinya masing-masing.
            Sehingga kemajuan peserta didik sangat teragantung pada usaha serta ketekunan individu.
           
D. EVALUASI
Sistem evaluasi menggunakan penilaian berkelanjutan :
  1. Ulangan dilaksanakan untuk melihat ketuntasan setiap KD.
  2. Ulangan dapat dilaksanakan terdiri dari satu atau lebih dari satu kompetensi dasar ( KD )
  3. Hasil ulangan dianalisis dan ditindak lanjuti melalui program remedial dan pengayaan
  4. Ulangan mencakup aspek kognitif dan psikomotorik
  5. Aspek afektif diukur dengan kegiatan inventori afektif seperti pengamatan, kuisioner dll
TERIMA  KASIH

Problem Based Learning
Beberapa Pengertian:
1.Boud dan Felleti (1997) dalam Made Wena (2009: 91).
        PBL adalah suatu pendekatan ke arah  penataan pembelajaran yg melibatkan para peserta didik untuk menghadapi permasalahan melalui  praktik nyata sesuai  dg kenyataan kehidupan sehari-hari.
2.    Barrows dan Kelson (2004) dlm  Yatim Riyanto (2009:285).
        PBL adalah  suatu model pembelajaran  yg menuntut peserta didik untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, belajar secara mandiri, dan menuntut keterampilan  berpartisipasi dalam tim.
Menurut Deway: PBL adalah interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan dua arah antara belajar dan lingkungannya.
Menurut Arends: PBL merupakan model pembelajaran dimana siswa menyelesaikan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berfikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.
3. Duch (1995) dlm Yatim Riyanto (2009:285).
     PBL adalah suatu model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada tantangan “belajar utk belajar”. Siswa dituntut berpikir kritis, analitis, aktif bekerjasama memecahkan masalah  sesuai dg  persoalan dlm kehidupan sehari-hari.
Karakteristik PBL
•Belajar  dimulai dg suatu permasalahan
•Permasalahan harus berhubungan dg dunia nyata siswa
•Mengorganisasikan pembelajaran di seputar permasalahan, bukan disiplin ilmu
•Memberikan tanggung jawab yg besar dalam menjalankan proses belajar secara mandiri
•Menggunakan kelompok kecil
•Menuntut siswa utk mendemonstrasikan apa yg dipelajari dlm bentuk kinerja/hasil
Arens dlm Learning to Teach  menyatakan 4 karakteristik:
1.Pengajuan masalah
2.Keterkaitan antar disiplin ilmu
3.Investigasi autentik
4.Kerja kolaboratif

Ciri-Ciri Problem Based Learning
Pengajuan pertanyaan/ masalah
Berfokus keterkaitan dengan disiplin ilmu.
Penyelidikan autentik, yakni penyelidikan siswa secara nyata terhadap masalah nyata.
Menghasilkan produk dan memamerkannya.
Pembelajaran kolaborasi yakni siswa bekerjasama dengan yang lain dalam bentuk berpasangan atau kelompok kecil dengan berinkuiri dan dialog untuk mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan berfikir.

Tujuan Problem Based Learning
Membantu siswa mengembangkan ketrampilan berpikir dan ketrampilan pemecahan masalah.
Belajar peranan orang dewasa yang autentik
Menjadi pembelajar yang mandiri.

Indikasi kemandirian belajar dalam PBL
 al:
Siswa dihadapkan pada masalah yang memuat sejumlah konsep dan isu.
Siswa diberi kewenangan dan tanggung-jawab yang cukup untuk menentukan pilihan tentang topik atau isu yang akan dipelajari.
Analisis kebutuhan dilakukan secara individual
Simpulan/ sintesis hasil investigasi disajikan kepada pihak lain.

Kelebihan PBL
Realistik dengan kehidupan siswa.
Materi/ konsep sesuai dengan kebutuhan siswa.
Memupuk sifat inkuiri siswa.
Retensi Konsep yang kuat
Memupuk/ mengembangkan kemampuan problem solving.

Kelemahan PBL
Persiapan pembelajaran lebih kompleks.
Kadang-kadang sulit mencari masalah problem yang relevan.
Memerlukan waktu yang cukup lama.

Peran Guru Dalam PBL
Mengajukan masalah atau mengarahkan siswa ke masalah autentik yakni masalah kehidupan nyata sehari-hari
Memfasilitasi/ membimbing penyelidikan misalnya melakukan eksperimen
Memfasilitasi dialog siswa
Mendukung belajar siswa
Strategi Pembelajaran




PROBLEM BASED LEARNING







                       Disusun oleh:
Novan Agfalla           (20090720003)
Affan Tristiantoko     (20090720009)
Sutarko                      (20090720012)
Akhid Nurrohman     (20090720016)
Arifianto                    (20090720030)


FAKULTAS AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2011
PENDAHULUAN
Problem Based Learning menjadi perbincangan yang cukup panas dikalangan pendidikan sejak beberapa tahun terakhir.Sekolah-sekolah dan kampus terbaik di Singapura misalnya, sudah cukup banyak yang menggunakan PBL.Begitu pula di Australia, Inggris, Belanda dan Amerika.Tentu saja dengan penekanan pendekatan yang berbeda. Kita yang di Indonesia, pastilah tidak serta merta bisa menerapkan 100% apa yang dilakukan oleh para pendidik di Negara maju tersebut. Ada banyak situasi kontekstual yang harus dipertimbangkan, seperti misalnya kebiasaan para pemelajar kita untuk pasif dalam belajar.Atau, jumlah pemelajar yang aada di setiap kelas, yang umumnya cukup banyak.Tetapi, itu tidak boleh menjadi penghalang kita memperoleh manfaat dari metode ini.
B.     PROBLEM BASED LEARNING
Salah satu metode yang banyak diadopsi untuk menunjang pen­dekatan pembelajaran learner "centered dan yang memberdayakan pe­melajar adalah metode Problem Based Learning (PBL). PBL memiliki ciri-ciri seperti (Tan, 2003; Wee & Kek, 2002); pembelajaran dimulai dengan pemberian 'masalah', biasanya 'masalah' memiliki konteks dengan dunia nyata, pemelajar secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, mem­pelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan 'masalah', dan melaporkan solusi dari `masalah'. Sementara pendidik lebih banyak memfasilitasi. Ketimbang memberikan kuliah, ia merancang sebuah skenario masalah, memberikan clue — indikasi-indikasi tentang cumber bacaan tambahan dan berbagai arahan dan saran yang diperlukan saat pemelajar menjalankan proses. Meskipun bukanlah pendekatan yangsama sekali barn, penerapan metode PBL mengalami kemajuan yang pesat di banyak perguruan tinggi dari berbagai disiplin ilmu di negara‑negara maju (Tan, 2003).
Sejak dipopulerkan di McMaster University Canada pada tahun 1970-an, metode PBL terus berkembang (Marinick, 2006). Akhir-akhir ini perkembangan itu semakin nyata terutama karena beberapa hal ber­ikut (Tan, 2004): adanya peningkatan tuntutan untuk menjembatam ke­senjangan antara teori dan praktik, aksesibilitas informasi dan ledakan pengetahuan, perlunya penekanan kompetensi dunia nyata dalam bela­jar, serta perkembangan dalam bidang pembelajaran, psikologi, dan pe­dagogi. Dari yang tadinya di fakultas kedokteran, PBL kini digunakan oleh banyak fakultas, mulai dari ekonomi dan bisnis, teknik, arsitektur, hukum, fakultas-fakultas social, dan banyak lagi.
Prinsip-prinsip metode PBL memang mendukung pemikiran di atas Donalds Woods (2000) menyebutkan PBL lebih dari sekadar lingkungan yang efektif untuk mempelajari pengetahuan tertentu. la dapat membantu pemelajar membangun kecakapan sepanjang hidupnya da­lam memecahkan masalah, kerja sama tim, dan berkomunikasi. Lynda Wee (2002) menyebutkan ciri proses PBL sangat menunjang pembangunan kecakapan mengatur dirt sendiri (self directed), kolaboratif, ber­pikir secara metakognitif, cakap menggali informasi, yang semuanya relatif perlu untuk dunia kerja. Apa yang disampaikan Woods dan Wee di atas menunjukkan PBL sejalan dengan gagasan di pendidikan tinggi kini yang seharusnya memberi penekanan partisipasi aktif pemelajar. Dengan demikian, cara-cara tradisional, seperti pemelajar banyak men­catat dari penyampaian dosen, kelulusan hanya dari ujian periodik, me­mang dapat dianggap cocok ketika dahulu buku jarang dan mahal untuk diperoleh.

C.    LANGKAH PROSES PBL
Proses PBL akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan (masalah, formulir pelengkap, clan lain-lain). Pemelajar pun harus sudah memahami prosesnya, dan telah membentuk kelompok-kelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok menjalankan proses yang wring dikenal dengan Proses 7 Langkah.

Langkah 1: Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
Memastikan setiap, anggota memahami berbagai istilah dan kon­sep yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakantahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara meman­dang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah.

Langkah 2: Merumuskan masalah
Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubung­an-hubungan apa yang terjadi di antara fenomena itu. Kadang-ka­dang ada hubungan yang, masih belum nyata antara fenomenanya.Atau ada yang sub-submasalah yang harus diperjelas dahulu.

Langkah 3: Menganalisis masalah
Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimi­liki anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas in­formasi faktual (yang tercantum pada masalah), dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota.Brainstorming (curah gagasan) dilakukan dalam tahap ini.Anggota kelompok mendapatkan ke­sempatan melatih bagaimana menjelaskan, melihat alternatif atau hipotesis yang terkait dengan masalah.

Langkah 4: Menata gagasan Anda dan secara sistematis meng­analisisnya dengan dalam
Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya sutu sama lain, dikelompokkan, mana yang saling menunjang , mana yang bertentangan dan sebagainya. Analisis adalah upaya memilah-milah sesuatu menjadi bagian-bagian yang membentuknya.

Langkah 5: Memformulasikan tujuan pembelajaran
Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelornpoksudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan manamasih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengananalisis masalah yang dibuat. Inilah yang akan menjadi dasar gagasan yang akan dibuat di laporan. Tujuan pembelajaran ini juga dibuat menjadi dasar penugasan-penugasan individu di setiap kelompok.

Langkah 6: Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok)
Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki. Dan sudah punya tujuan pembelajaran.Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan menentukan di mana hendak dicarinya.Mereka harus mengatur jadwal, menentukan sumber informasi.Setiap anggota harus mampu belajar sendiri dengan elektif untuk tahapan ini, agar mendapatkan informasi yang relebvan, seperti misalnya menentukan kata kunci dalam pemilihan, mcniperkirakan topik, penulis, publikasi dari sumber pembelajaran­.Pembelajar harus: memilih, meringkas sumber pembelajaran itu dengan kalimatnya sendiri (ingatkan mereka untuk tidak hanya memindahkankalimat dari sumber!)
Keaktifan setiap anggota harus terbukti dengna laporan yang harus disampaikan oleh setiap individu/sub kelompok yang bertanggung jawab atas setiap tujuan pembelajaran.Laporan ini harus disampaikan dan dibahas di pertemuan kelompok berikutnya.

Langkah 7: Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan.
Dari laporan-laporan individu/sub kelompok, yang dipresentasikan di hadapan anggota kelompok lain, kelompok akan mendapatkan informasi-informasi baru. Anggota yang mendengar laporan haruslah kritis tentang laporan yang disajikan (laporan diketik, dan diserahkan ke setiap anggota).Kadang-kadang laporan-laporan yang dibuat menghasilkan pertanyaan-pertanyaan baru yang harus di­sikapi oleh kelompok.
Pada langkah 7 ini kelompok sudah dapat membuat sintesis; menggabungkannya dan mengombinasikan hal-hal yang relevan.Sebagian bagus tidaknya aktivitas PBL kelompok, akan sangat ditentukan pada tahap ini (untuk kondisi kelas-kelas yang ada di Indonesia, umumnya proses ini harus terjadi di luar kelas).
Di tahap ini, keterampilan yang dibutuhkan adalah bagaimana meringkas, mendiskusikan, dan meninjau ulang hasil diskusi un­tuk nantinya disajikan dalam bentuk paper/makalah. Di sinilah kemampuan menulis (komunikasi tertulis) dan kemudian mem­presentasikan (komunikasi oral) sangat dibutuhkan dan sekaligus dikembangkan
Ketujuh langkah ini dapat berlangsung dalam beberapa pertemuan kelompok.Tergantung kondisi dan konteks yang ada pada setiap kelas, ada yang menjalankannya dengan 3 atau 4 pertemuan. Untuk tiga kali pertemuan, kira-kira pembagiannya seperti berikut:
Pertemuan I              (Langkah 1 - 5) di kelas, dengan difasilitasi pendidik.
Pertemuan II                    (Langkah 6 - 7) di luar kelas, pemelajar mandiri/berkelompok.
Pertemuan III        Presentasi laporan kelompok dan diskusi kelas.Sebe­lum diskusi didahului dengan pengklarifikasian peker­jaan pemelajar oleh pendidik.
D.    MANFAAT PBL
Smith (2005) yang khusus meneliti berbagai dimensi manfaat menemukan bahwa pemelajar akan:
1.      Menjadi lebih ingat dan meningkat pemahanannya atas materi ajar
Mengapa bisa lebih ingat dan paham?Kedua hal ini ada kaitannya.Kalau pengetahuan itu didapatkan lebih dekat dengan konteks praktiknya, maka kita akan lebih ingat. Inilah yang menjelaskan, mengapa kita, kalau berada di dekat ATM, selalu lebih mullah mengingat nomor PIN kita, ketimbang kita tidak berada di sekitar ATM. Pemahaman juga begitu. Dengan konteks yang dekat, dan sekaligus melakukan deep learning (karena banyak mengajukan pertanyaan menyelidik) bukan surface learning (yang sekadar ha­fal saja), maka pemelajar akan lebih memahami materi. Kita mem­butuhkan pemelajar yang seperti ini apa pun bidang yang mereka pelajari.
2.      Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan
Banyak kritik pada dunia pendidikan kita, bahwa apa yang diajar­kan di kelas-kelas sama sekali jauh dari apa yang terjadi di dunia praktik. PBL yang baik mencoba menutupi kesenjangan ini.Dengan kemampuan pendidik membangun masalah yang sarat dengan konteks praktik, pemelajar bisa "merasakan" lebih baik konteks operasinya di lapangan.
3.      Mendorong untuk berpikir
Dengan proses yang mendorong pemelajar untuk mempertanyakan, kritis, reflektif, maka manfaat ini bisa berpeluang terjadi. Pemela­jar dianjurkan untuk tidak terburu-buru menyimpulkan, mencoba menemukan landasan atas argumennya, dan fakta-fakta yang men­dukung alasan.Nalar pemelajar dilatih, dan kemampuan berpikir ditingkatkan. Tidak sekadar tahu, tapi juga dipikirkan
4.      Membangun kerja tim, kepemimpiann, da keterampilan social
Karena dikerjakan dalam kelompok-kelompok kecil, maka PBL yang baik dapat mendorong terjadinya pengembangan kecakapan kerja tim dan kecakapan social. Pemelajar diharapkan memahami perannya dalam kelompok, menerima pandangan orang lain, bisa memberikan pengertian bahkan untuk orang-orang yang barangkali tidak mereka senangi.Keterampilan yang sering disebut bagian dari “soft skill” ini, seperti juga hubungan interpersonal dapat mereka kembangkan.Dalam hal tertentu, pengalaman kepemimpinan juga dapat dirasakan. Mereka mempertimbangkan strategi, memutuskan dan persuasife dengan orang lain.
5.      Membangun kecakapan belajar (life-long learning skills)
Pemelajar perlu dibiasakan untuk mampu belajar terus-menerus.Ilmu, keterampilan yang mereka butuhkan nanti akan terus berkembang.,apa pun bidang pekerjaannya. Jadi mereka harus mengembangkan bagaimana kemampuan untuk belajar (learn how to learn). Bahkan dalam beberapa pilihan karier, seseorang harus sangat independen. Dengan struktur masalah yang agak mengambang, merumuskannya, serta dengan tuntutan mencari sendiri pengetahuan yang relevan akan melatih mereka untuk manfaat ini.
6.      Memotivasi pemelajar
Motivasi belajar pemelajar, terlepas dari apapun metode yang kita gunakan, selalu menjadi tantangan kita. Dengan PBL, kita punya peluang untuk membangkitkan minat dari dalam diri pemelajar, karena kita menciptakan maslah dengna konteks pekerjaan. Dengna masalah yang menantang, mereka walaupun tidak semua mereasa bergairah untuk menyelesaikannya.Tetapi tentu saja, sebagian dia antara mereka aka nada yang justru merasa kebingungan dan menjadi kehilangan minat.Disini perean pendidik menjadi sangan menentukan.
E.     PENILAIAN PBL
1.      Penilaian Pada Saat Pertemuan Pertama
(Menggunakan Dukungan Formulir Penilaian Pertemuan 1)
Pada dasarnya, penilaian yang dilakukan di sini, dilakukan bersa­maan dengan aktivitas memfasilitasi.Kita memastikan keaktifan peser­ta dengan mengamati mereka satu persatu.Sementara itu, keterlibatan peserta dengan masalah dapat kita pastikan dengan memberikan per­tanyaan-pertanyaan yang menggugah daya pikir mereka.
Sangat dianjurkan agar fasilitator/pendidik mengenali sam per sate nama dari setup anggota kelompok. Sebagian fasilitator, karena jumlahpeserta di kelas cukup banyak, sengaja meminta foto peserta. Memang gil nama peserta saat Anda memfasilitasi (sekaligus hingga melaksanakan aktivitas penilaian), membantu mencairkan suasana, dan dapat menjalin suasanan keterhubungan dengna peserta. Jarak atau batasan yang biasanya ada antara pendidik dan pemelajar dapat dikurangi dengna memanggil nama.

2.      Penilaian Saat Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilangusngkan di luar kelas, karena itu pendidik tidak bisa ikut terlibat (kecuali jika diputuskan Pertemuan Kedua ini berlangsung di dalam kelas juga, dengna asumsi sesi dan waktu yang tersedia dan materi Satuan Acara Perkuliahan bisa sesuai). Meskipun demikian, tetap saja proses penilaina atas berlangsunya Pertemuan Kedua tersebut dapat kita lakukan poada Pertemuan Ketiga.
3.      Penilaian Saat Pertemuan Ketiga
Mesekipunkita tidak mengikuti pertemuan kedua yang dilangsungkan diluar kelas, kita dapat memastikan apakah pertemuan itu dimanfaatkan secara maksimal oleh peserta dengan cara:
a.       Menanyakan aspek-aspek yang terkait dengna laporan individu/ subkelompok, seperti dimana mereka mendapatkan bahannya, seperti apa bahannya, siapa yang mengerjakan dan sebagainya
b.      Menanyakan aspek-aspek terkait yang seharusnya diketahui oleh rekannya yang lain, jika laporan individu ini dibahas dalam kelompok.
Laporan Tertulis
Laporan tertulis PBL, tetap dianjurkan untuk menjadi satu aspek penilaian dengna asumsi bahwa bagaimanapun kecakapan menulis penting bagi peserta.Beberapa kriteria yang dapat digunakan:
a.       Perumusan tujuan pembelajaran
b.      Sistematika penulisannya.
c.       Sejauh mana kebaruan informasi yang diperoleh oleh peserta
d.      Kreatifitas pemelajar
e.       Rasional atas strategi penyelesaian masalah
Presentasi
Beberapa kriteria yang umum dalam menilai presentasi kelompok:
a.       Kemampuan menjawab pertanyaan
b.      Kemampuan untuk membandingkan dan menganalissi berbagai solusi dan perspektif
c.       Kecakapan presentasi atau komunikasi
d.      Pengguanaan bahasa.



F.     KESIMPULAN
Beberapa langkah dalam proses Problem Based Learning:
1.      Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
2.      Merumuskan masalah
3.      Menganalisis masalah
4.      Menata gagasan Anda dan secara sistematis meng­analisisnya dengan dalam
5.      Memformulasikan tujuan pembelajaran
6.      Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok)
7.      Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan.
Beberapa manfaat yang didapatkan dari PBL:
a.       Menjadi lebih ingat dan meningkat pemahanannya atas materi ajar
b.      Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan
c.       Mendorong untuk berpikir
d.      Membangun kerja tim, kepemimpiann, da keterampilan social
e.       Membangun kecakapan belajar (life-long learning skills)
f.       Memotivasi pemelajar
Referensi

Amir, Taufiq, M. 2009.Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.